Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Minggu, 30 Desember 2018

, ,

Student Mobility FMIPA UM 2018 Goes to SUT Global Entrepreneurship Camp 2018

Share
Assalammualaikum wr. wb.
Bismillahirrohmanirrohim

Liburan semester 5 ku telah tibaa, aku comeback lagi nih guys dengan berbagai cerita yang siap untuk diketik dan diposting. Salah satunya aku mau ngelanjutin ceritaku sebelumnya tentang program Student Mobility ke Thailand.

Okee, mulai dari tragedi salak Pak Sirichok yaa, wkwkwk. Sejak pengumuman diterimanya kami (aku, Indah, Rara dan Hilda) sebagai peserta SUT Global Entrepreneurship Camp, intens dipanggil ke fakultas untuk pengarahan persiapan. Persiapannya di antaranya diminta untuk membuat CV yang diserahkan ke HI UM pusat untuk dibuatkan surat tugas, kemudian mengurus asuransi perjalanan (ini syarat dari pihak SUTnya soalnya), membuat banner dan membeli salak. Saat itu, kami (aku, Indah, Rara) belum kenal dekat sih dengan Hilda, apalagi Mita, peserta lain yang dari FIP yang belum kami tahu sama sekali sebelumnya. Yasudah, akhirnya kami lebih banyak bersama dalam ngurus-ngurus itu. Hilda dan Mita ngurus sendiri, tapi Hilda juga kadang tanya-tanya seh ke aku, karena dia kan juga domisilinya di Probolinggo, jadi gak stay di Malang dan bisa ngurus di Malang sewaktu-waktu.
Dibahas satu-satu ya persiapannya. 

Yang pertama CV, ya itu biasa aja seh CV nya, kita cuma tinggal ngisi format yang sudah disediakan HI UM pusat, prin, minta tanda tangan PA dan kemudian diserahkan. Dari itu juga, kita diminta ninggal nomer untuk dihubungi apabila surat tugasnya sudah jadi. Nah, H- berapa gitu sebelum berangkat, sudah jadi dah tuh surat tugas, peserta dapat satu-satu, dan ada yang diserahkan untuk Dekan. Kemudian, sambil ngurus surat tugas, kami ngurus asuransi. Sebelumnya, di FMIPA sendiri ada sosialisasi asuransi perjalanan keluar negeri dari BNI untuk para peserta program internasional FMIPA, tapi karena Pak Husni lupa memberitahu kami, akhirnya kami ketinggalan sosialisasi tersebut. Namun, kami disarankan oleh beliau untuk berkonsultasi sendiri ke bank BNInya langsung di Matos. Yaudin deh, langsung kami bertiga cuss kesana dari yang awalnya naruh CV di HI, langsung ke Matos bonceng 3, wkwkkwk.

Oh ya, sebelum tahu kalau BNI ada program asuransinya, kami sudah melakukan riset duluan terhadap asuransi-asuransi untuk perjalan keluar negeri. Kami bertiga seh sepakat yaa, pokok carie yang termuwrraaahhh, wkwkwk. Secara kan asuransi ini cuma buat formalitas, toh ya insyaAllah kami disana baik-baik sajaa (kemungkinan besar dengan tingkat PD tinggi). Kami sebelumnya nemu tuh asuransi dari AXA, cuma bayar 150K, insyaAllah itu yang termurah, wkwkwk. Nah, setelah tanya-tanya ke BNI, malah 350K heee harganyaaa, hmmm, mehong bet, ya jelas gue pilih AXA dong. Salah juga kalau BNI ini kita harus buat rekening sebelumnya. Ribet lah pokok. Setelah berdiskusi, kami dengan mantap memutuskan untuk mengambil asuransi dari AXA saja. Dan ternyata, Hilda pun juga demikian.

Berikutnya, untuk pembuatan bannernya, aku minta tolong ke adek kamarku di asrama dulu. Dia suka desain gitu, jadi ya baguslah kalau dimintai tolong, nggak mbayar jadinya, wkwkwk. Setelah desainnya jadi, aku prin deh tuh banner ke Maestro. Banner disini fungsinya sebagai simbol aja kalau pas kegiatan-kegiatan bisa nunjukin kalau kami dari UM dan kalau foto biar kelihatan UMnya. Nah, disini, asumsiku, banner ini dibuatnya kalau bisa melebar agar bisa dipegang 4 orang (aku, Indah, Rara, Hilda) jadi aku buat lebarnya 4×30 cm, sedangkan panjangnya 30 cm. Ternyata, asumsiku ini salah, enaknya itu mending buat yang kecil banget, 30×30 cm an, meski hanya bisa dipegang 1 anak, tapi kan gak ribet-ribet amat buat mbeber dan ngelipetnya. 

Pembuatan banner ini ada dramanya juga btw, H- berapa gitu kan Pak Husni mbuat grup WA untuk lapor apa-apa ke Pak Markus. Nah, disitu aku lapor kan kalau bannernya udah jadi, kufoto dah tuh. Eeeh, dasar guenya yang kepedean, langsung prin tanpa konsul, ternyata tuh bannerku ada salahnya. Tulisan yang "Malang State University" harusnya "State University of Malang". Di grup itu, Pak Markus kesannya kayak marah, tegas ada capslock-capslocknya gitu (aslinya sih setau gue Bapaknya suabarr bangett), jadi yaa gimana-gimana gue harus revisi dah, masak iya lo nentang Pak Dekan, agak nyolot lagi chatnya pas itu. Sumpaaah, gue ndredeg banget pas ditegur itu. Untungnya masih ada waktu buat revisi dan prin banner lagi sebelum berangkat. Fyuuuh, alhamdulillah. Tapi ya gitu, gue buang duit untuk prin 1 banner yang salah.

Masih ada 1 drama lagi guys, sebelum keberangkatanku. Merujuk pada kesanku ke Pak Markus tadi yang garang, dan harus dipatuhi semua titahnya, ini ada 1 cerita lucu, wkwkwk. Ceritanya gini, kan info SUT Global Entrepreneurship Camp ini dapetnya dari Pak Sirichok, Kepala HI SUT yang ngemail Pak Markus. Nah, beliau berdua itu sudah saling kenal dekat. Karena waktu ke FMIPA dulu, Pak Sirichok suka sekali dengan salak, maka Pak Markus pun berniat untuk mengoleh-olehi beliau salak. Siap 86, aku langsung gercep minta ibuku mbeliin salak. Ibuku langsung pesen ke pedagang buah pasar salak 3 kg, biar besoknya langsung ada barangnya. Setelah fix bisa didapetin itu, langsung dah aku lapor di grup WA yang ada Pak Markusnya itu. Pak Markus responnya dalam bahasa Inggris, kalau diIndonesiakan gini seingetku "Jangan sebanyak itu, ya sekitar 21 kg salak pondoh dan 1 kg salak Malang lah". Sontak, aku langsung WOW lihat chat itu. 21 KILOGRAAAAMMM???

Gak salah mbaca tuh gueee? Setelah aku tanya ke Indah, Rara dan Hilda di grup kami, merekapun juga terheran-heran. Aku sendiri juga takut kan untuk tanya ke Pak Markus semenjak kesalahan banner itu, sementara chatnya pun juga terdengar janggal "jangan sebanyak itu", berarti kan 3 kg sudah banyak sebenarnya, tapi kok malah ditambahi. Aku pun suudzon kalau Pak Markus ini memakai majas ironi, ingin menyinggungku yang mungkin terlalu pelit untuk hanya memberi 3 kg salak jauh-jauh dari Indonesia ke Thailand, sekalian dong, seharusnya 21 kg. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi dan takut dimarahi, aku dan ibuku langsung cuss ke Pasar Gadang buat beli salaknya.

Sesampainya di Pasar Gadang, disana alhamdulillah nemu salak pondohnya, satu karung gede gitu, kayak wadahnya bawang merah. Isinya 24 kg malah, nggak boleh dikurangi lagi. Ibuku coba nawar juga nggak boleh, bilangnya sih tuh orang penjual salak yang paling murah, langsung grosir gitu soalnya jualnya. Yaudahlah, alhamdulillah terbeli tuh salak harga 125K kalau gak salah. Pulangnya tuh yang berat. Tadi berangkat naik LG nggak bawa apa-apa sekarang pulang bawa satu karung gede salak. Salah di Pasar Gadang itu gak ada sinyalnya, aku kan niatnya mau pakai Grab, pakai promo OVO sekalian yang satu rupiah, eeh gak ada sinyal. Yaudah, aku keluar Pasar Gadang dulu cari sinyal, ibuku tetep di tempat penjualnya itu. Sekalinya dapat sinyal dan dapat mobil Grab, eeh si bapaknya gak mau ngangkut, takut kena angkot, hmmmmm, Ya Allllaaah. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang naik becak sampai ke perhentian LG lalu naik LG sampai depan rumah. Hari yang melelahkan sekali itu. Gak pernah terbayang olehku ngangkut beban seberat itu.

Berikutnya, setelah pulang, langsung dong aku lapor ke Pak Markus kalau salaknya sudah dapat 21 kg + tak fotoin tuh buktinya. LHAH MALAH BELIAU YANG KAGET DONG, wkwkwk. Banyak bener 21 kg, buat apa. Malah beliau bilang, bawa 3 kg saja, 2 kg salak pondoh, 1 kg salak Malang, kalau ada pertanyaan, silakan japri saya. Dari situ gue realize, Pak Markus kemarin typo, niatnya nulis 2 kg, eh kepencet jadi 21 kg. HMMMMMMMMMMMMMMMMM NISSA SABYAN 1 JAM. Yah, namanya udah terlanjur, yaudin lah, gue dkk bawa ke Thailand 4 kg (1 orang 1 kg), sisanya gue bagiin ke Indah, Rara, Hilda dan tetangga-tetangga gue. Hmm, siap-siap mabuk salak dah tuh Pak Sirichok. Aku juga berharap salaknya belum busuk sih pas nyampek di Thailandnya.

Oh ya, di lain sisi, sambil ngurus salak itu, aku, Indah dan Rara juga nukarin sangu kami untuk dikonversi ke Baht Thailand, BHT. 1 Baht sekitar 500 Rupiah. Sangu yang banyak dong buat beli oleh-oleh disana.

H-1 berangkat, kami meeting dulu dengan para pimpinan FMIPA untuk prosesi pelepasan. Untuk berangkatnya ke bandara, sebenarnya kami disarankan pesan travel bersama-sama agar uangnya bisa diganti oleh pihak FMIPA. Namun, karena pinginnya berangkat sendiri-sendiri bersama keluarga dengan mobil sendiri, akhirnya kami berangkat sendiri-sendiri. Hilda sebelumnya nawarin kami untuk menginap di rumahnya di Probolinggo lalu langsung berangkat ke sana, tapi karena aku mikirnya ngerepotin lalala, jadi aku, Indah dan Rara nggak mau. Otherwise, kami bertiga (aku, Indah, Rara) rencananya mau berangkat bersama naik mobil omnya Indah, eh karena Rara mau berangkat sendiri sama keluarganya, jadi yang tersisa aku berangkat sama Indah sekeluarga (emang nasib gue suka nebeng orang ya gini, gak punya kendaraan, wkwkwk).

Pelepasan Peserta Student Mobility oleh Pimpinan FMIPA
Aku dan Indah sekeluarga berangkat dari Malang ke Juanda sekitar pukul 01:00 malam, tanpa lupa membawa salak, wkwkwk. Aku semangat banget sumpaah ya Allah, exciting banget, lama nggak naik pesawat. Ini ketiga kalinya naik pesawat setelah sebelumnya naik pesawat gara-gara lomba Speedy Einstein SMP ke Bandung. Flightnya padahal jam 6 loh masihan, tapi yaudin lah, daripada telat. Masuk Bandara Juanda aku terkagum-kagum banget (belum pernah kesitu, pernahnya Abd, Sholeh, wkwkwk). Kelas internasional banget bandaranya lawan aku yang katrok ndeso, wkwkwk. Di bandara ini nggak ada pengecekan barang, cuma langsung angkut gitu aja di pos Garudanya sama ditimbang. Terus di bandara Cengkareng, aku dkk berhasil melewati perijinan imigrasi, pasporku dapat stempel untuk pertama kalinya, WOW.

Gerbang Keberangkatan Juanda

Bandara Juanda

Pintu Masuk Keberangkatan

Pos Check In Maskapai


Ruang Tunggu menuju ke Pesawat

Mobil Caddy gratis buat mobilitas penumpang Bandara Suhat


Pas naik pesawat, aku tambah amazed. Pesawatku Garuda Indonesia doong, pilihan FMIPA tercintaaah, wkwkwk. Enak banget pesawat Garuda ini, ada tabnya, jadi gak boring. Kalau aku dulu Sriwijaya gak ada gitu-gituannya, konsumsinya roti doang. Kalau di Garuda ini, flight pertama ke Cengkareng (Bandara Soekarno Hatta Jakarta) dikasih roti, flight kedua ke Bangkok dikasih lunch full set dong (ada appetizer + main course + dessert), ditawarin juga minum, bisa jus/susu/air/cola, dll. Enaaak banget pokoknyaaa, hmmm. Di pesawat, aku kedinginan banget gilaak. Masuk angin paraaah. Gimana nggak masuk angin, aku cuma pakai sendal doang dan kemeja, gak nyangka bisa duingin gitu, tau gitu, aku pakai jaket dan sepatu. Salah aku belum tau kan pas itu kalau bisa minta pinjem selimut ke pramugarinya, yaudah pulangnya gue pasti pinjem selimut daah, wkwkwk.

Tablet di Pesawat Garuda untuk Hiburan Penumpang
Alhamdulillah nyampek Bangkok sekitar jam 14:00 kalau nggak salah. Disana kami sudah ada yang njemput looo, Yaa Allah, kurang baik apa tuh orang-orang SUT Thailand, memperlakukan tamunya dengan sangaaat baik, semoga dibalas Allah yaa. Meskipun tahu kalau dijemput, kita malah bingung sendiri caranya keluar bandara, wkwkwk. Bingung harus ke imigrasi dulu atau ambil barang. Akhirnya kami berpencar jadi 2 grup, biar bisa dilakukan bersama dan menghemat waktu, aku dan Hilda coba ke imigrasi dulu, sementara Indah dan Rara muter balik cari barang kami.

Penampakan Pertama Kali Bandara Suvarnabhumi Bangkok
Nah, aku dan Hilda akhirnya ngantri bersama untuk meloloskan diri dari pengawasan petugas imigrasi. Antrinya puanjaaaang banget. Tiap orang bakal ditanyai dan difoto. Paling enak paspor Singapura kalau gak salah, ada pengecek otomatisnya, gak perlu antri panjang. Pas antri juga, kami baru sadar kalau pengambilan bagasinya ada di samping pengecekan imigrasi. Bingung lagi, mau cari Indah dan Rara, eh kok eman antrian, mau nghubungi juga gak bisa, kan SIM cardnya belum ganti Thailand, gak roaming lagi.

Alhamdulillah, antrianku dan Hilda berakhir, tapi kami masih panik bingung caranya memberitahu Indah dan Rara kalau kita harus ke imigrasi dulu, keluar pun juga kan gak boleh kalau udah masuk. Di lain sisi, aku dan Hilda berjuang untuk mencari barang-barang kami. Mulai dari sini, English modeku jadi ON, wkwkwk. Aku tanya ke orang-orang lokal situ dimana bagasinya yang dari Indonesia, kebanyakan gak paham, meskipun petugas customer centernya. Alhamdulillah nemu 1 orang yang paham, dan dengan mudah kami menemukan barang-barang kami. Indah dan Rara juga alhamdulillah sudah lolos dari pengecekan imigrasi.

Berikutnya, kami bersama-sama pergi ke standnya KLOOK (sebuah perusahaan agen travel Thailand) untuk mengambil simcard dtac yang telah kami pesan sebelumnya. Oh ya, sebelumnya aku, Indah dan Rara pesan simcard lokal Thailand melalui website dtac ini. Aku lupa harganya, pokoknya pas itu mbayarnya ruwet banget. Harus online dan pakai paypal / creditcard. Karena gak punya kenalan yang punya creditcard, dan untungnya dulu aku pernah buat akun paypal, akhirnya kami bayar pakai paypal. Ruwet juga ternyata sistemnya paypal ini, kita harus top up saldo dulu, lalu nanti dikonvert ke dollar. Top upnya pun nggak melalui bank, melainkan melalui transfer dari agen yang punya saldo top up. Yawes, aku cari di internet lah akhirnya tuh agen-agen penjual saldo paypal, transfer ke rekeningnya agen itu, dan alhamdulillah berhasil tanpa penipuan.

Balik lagi ke cerita, setelah berhasil mendapat simcard dan mengaktifkannya, kami pergi ke Starbuck bandara untuk menemui Ms Palm dan Ms Darlee. Sebelumnya, Hilda sudah me WA beliau agar menunggu kami yang sedang kebingungan ini, wkwkwk. Nyatanya ditungguin jugaa, Yaa Allah, mulia banget seh orang Thailand ini. Setelah ketemu, kami diberi map coklat gitu, isinya nametag, rundown kegiatan sama booklet yang berisi informasi tentang tempat-tempat yang bakal jadi destinasi kegiatan nanti. Kami juga diberi uang, lupa aku berapanya, kalau gak salah 200 BHT , itu dibuat cari dinner nanti, soalnya dari pihak panitia enggak nyiapin dinner. Kesanku seeh, orang ini masih buaeeek buangeeet, nguemong bettt, gak dikasih dinner, tapi malah dikasih duit buat cari sendiri. Kesempatan juga dong buat jalan-jalan, wkwkwk.


Dapat Rundown dalam Map Coklat

Dapat Petunjuk Destinasi dalam Map Coklat
Nggak hanya ketemu Ms Palm dan Ms Darlee, kami di bandara itu juga ketemu 3 peserta lain yang berasal dari China, hweee, bareng niih. Sebelum pergi ke hotel tempat kami pertama menginap, kami take foto dulu doong, buat report ke juragan, wkwkwk. Terus naik mobil, terus aku WOWWW BANGEEETT. GILAK TUH MOBILNYA, GAK TANGGUNG-TANGGUNG NIH SUT. Montore tak pikir koyok semacam travel-travel di Indonesia gitu yaa, ternyata gak guys. Mobilnya itu kayak semacam limosin tapi gak panjang malah, gilaak, kek mobilnya artis-artis, konglomerat gitu loo. Subhanallah, bener-bener dimanja banget sama SUT niih. Di dalam mobil, kami ngobrol seruuuu banget sama tuh peserta dari Cina, namanya Jun Ming, dan 2 lainnya aku lupa namanya siapa (fyi namanya orang China emang susah-susah pronouncenya, jadi susah hafal). Seruuu banget sumpahhh, rasanya pakai bahasa Inggris secara praktis yang bener-bener itu ternyata gini, asik bet, wkwkwk. Pertama kalinya dapat feel gitu, kalian juga harus pernah coba feel itu. Yaa meskipun kadang ada dari mereka yang anak China itu kurang paham dengan English kami, dia coba pakai semacam Google Translate gitu, Di China sendiri, gak ada Google loo ya, merekapun punyanya cuma FB dan WeChat, gak ada instagram, WA, dan sosmed lain. Kasian banget sebenarnya.

Foto Pertama Kali dengan Peserta dari China dan Ms Darlee

Mobil untuk Penjemputan dan Pengantaran Peserta

Mobil untuk Penjemputan dan Pengantaran Peserta
Finally, kami sampai di hotel kami, Bangkok City Suites. Oh ya, hawanya di Thailand ini panas dan lengket banget guys di kulit. Pas nyampek di hotel, kami langsung check in. Kami dipencar oleh panitia, tidak dicheck-inkan sekamar senegara demi membaurkan diri. Aku dapatnya sekamar dengan anak Filipina, Jan Telestino namanya. Namun, temannya Jan, Roxy, karena roommatenya belum datang (dikhawatirkan juga nggak jadi ikut) dan dia takut kalau tidur sendiri, maka si Jan ini pindah ke kamarnya Roxy, akupun jomblo (tapi gak lama kok).


Interior Kamar Bangkok City Suites Hotel
 Aktivitas pertama setelah nyampek hotel adalah tata-tata dan mandi. Harus mandi dong, kan udaranya pliket, ditambah juga hotelnya punya bathub, yaa harus didayagunakan, wkwkwk. Suwe gak adus bathuban rek akuu, terakhir pas pembinaan OSK 2015 di hotel Philadelphia, Batu. Setelah mandi, aku sholat, jamak ambek Dhuhur. Oh ya, kami juga disini baru ketemu Mita, peserta yang dari FIP. Kenalanlah kami dan dia, Kami semua akhirnya jalan-jalan bersama setelah podo adus kabeh, ngerasain aspalnya Thailand, Bangkok khususnya.

Jalannya semacam kota besar gitu hee emang, WAGELASEH, banyak gedung-gedung tingginya. Kami juga mampir ke 7 Eleven buat liat-liat. Nah, kami ini bingung cari makanan halal. Akhirnya kami memutuskan untuk ke MBK (sebuah mall di Bangkok, gak tau dimana). Selain bingung tujuan, bingung juga cara kesananya. Setelah jalan jauh, balik ke hotel buat tanya cara ke MBK, sama kali aja si hotelnya punya travel. Ternyata gak punya guys, kami disaranin naik taksi. Yaudin, kami cari taksi. Nah, taksi disini gak ada pangkalannya atau aplikasinya gitu, nomer juga gak tau kita, wkwkwk. Alhasil kami bermodalkan keberuntungan nyegat tiap taksi dan berharap kosong, wkwkwk.

Jalanan Kota Bangkok



Alhamdulillah dapat 1, langsung cuss ke MBK. MBKnya sendiri itu ternyata guedeeee banget guyss, gwelaaak, bisa ilang sumpah turis disana kalau kesasar, wkwkwk. Seumur-umur gue tahu mall ya cuma Matos, MOG, MCP sama Ciwalk, nah ini guedeee bett. Di latarnya itu udah ada orang jualan kek bazar CFD gitu, banyak macam makanannya keliatan enak-enak, tapi sayangnya, mahalnya gak ketulungan, wkwkwk. Di mallnya juga pastinya ada Mc. D, KFC, Pizza Hut yang udah jelas-jelas kita tau rasanya gimana dan rupanya gimana, tapi emang dasarnya kita mau explore makanan Thailand asli, jadi gak pilih itu deh.

Makanan Enak nan Mahal yang berada di luar MBK
Alhasil, kami memutuskan untuk pergi ke bagian Food Courtnya MBK. Disana ada lebih banyak varian menu guyss, wagelaseeeh, semacam luengkap bangett. Kebanyakan sebenarnya standnya ada yang campur sama menu babi sih, jadi kita carinya yang pure no pork. Pingin yang enak, tapi gak murah meriah (lebih sayang uang, wkwkwk), sayang bet. Pada dasarnya, aku dikelilingi oleh cewek-cewek yang ya lu tau lah, suka bilang "terserah" sampek bingung sendiri, wkwkwk, lha gue nya juga gak enak kalau ujug-ujug mau makan sendiri yang beda sama yang lain. Akhirnya, keterserahan ini berakhir oleh karena kami semua sepakat untuk mengikuti saran Mita pesan semacam nasi sup jamur. Di gambarnya sih kelihatannya seperti jangan kangkung gitu, belum tau rasanya pas itu.

Food Courtnya MBK

Pesenenan Sup Jamurku yang Ternyata Nggak Enak
Nah, sistemnya di foodcourt itu untuk pembayarannya, kita harus beli kartu gitu, lalu diisi saldo. Antrinya lumayan panjang. Alhamdulillah, berhasil mbayar dan pesananmu telah diantar. Makanannya? Aduhaiii gaess, SANGAT TIDAK SESUAI EKSPEKTASI, wkwkwk. MENGECEWAKAN SKALEE. Sumpah, ternyata makanannya itu cuma kayak nasi + telur dadar + sup bening yang aneeeh banget rasanya. Supnya ada seperti gambasnya gitu, kangkung dan jamur. Rasanya gak enak banget, kayak pait + pedes + asem. Masih mending sayur asem di Indo sumpah. Nasinya aja gak punel hee, enakan nasinya ibuku di Indo, wkwkwk. Gitu harganya sendiri 50K, wkwkwk. Itu udah yang paling murah loo yaa, paling gak enak juga, wkwkwk.

Udah deh, setelah pengalaman itu, kita kapok mau beli-beli makanan lain yang gak pasti, hari juga sudah semakin malam tidak terasa, so kami memutuskan balik ke hotel. Sholatnya njamak maghrib + isak. Pulangnya pingin naik taksi, eeh, cari taksi kosong yang supirnya mau nganterin susah bangett. Di sisi lain, banyak polisi yang razia di pinggir jalan MBK agar tidak ada kendaraan yang berhenti di pinggir jalan itu. Alhamdulillah setelah lama mencari dan setelah menanyai banyak sopir taksi, kami menemukan 1 taksi yang mau. And finally, we're back to hotel, yippiyy. Di hotel langsung cari air minum yang banyaak buat persediaan, terus tidur dah. Gue tidur di kamar sendiri, kasian banget gak tuh. Roommate gue yang hasil pertukaran dengan Roxy belum datang, dan ada kemungkinan gak datang mungkin. Yaudin daaah, santai aja, toh ya enak, kamarnya jadi milik gue sendiri.

Sekian ceritanya untuk keberangkatanku, entar akan aku lanjutkan untuk kegiatan hari pertamanya. Stay tune yaa!

Wassalammualaikum wr. wb.
(OJOK MEK DIDELOK TOK POO REK, KOMENEN PISAN TALAH)






0 komentar:

Posting Komentar