Assalammualaikum wr. wb.
Bismillahirrohmanirrohim
Oke guys, tanpa basa-basi lagi, gue mau cerita kegiatan hari pertama SUT Global Entrepreneurship Camp 2018. Di rundown, tertulis kalau hari ini kegiatannya yaitu workshop di NAPLAB Co-working space, wisata ke Rattanakosin Exhibition Hall dan dinner di Chao Phraya. Yuk, ikuti ceritanya.
Pagi-pagi aku terkejut kedatangan roommateku yang diduga nggak jadi datang itu. Zhen namanya (re: Chen), dia asalnya dari China. Ternyata dia terlambat datang karena pesawatnya delay guys. Kasihan juga, datang-datang pas malam hari banget.
Beside that, pagi-pagi aku dah bangun. Sholat subuh. Nggak enak sih sholat di kamar hotel, sempit, wudhunya harus di bathub lagi. Terus, kalau di Thailand itu subuhnya jam 05:30 kalau gak salah, bayangin daaah. Zona waktunya sih sama kayak di Indonesia, tapi subuhnya yang beda. Jadi ya percuma dong aku bangun puagii. Habis subuhan aku jalan-jalan ke sekitaran hotel, biasalah, jiwa petualanganku keluar. Hotelnya ini terletak di sekitar kayak perkampungan warga gitu guys. Aneh juga ya kalau kupikir, di Indonesia kan hotel itu di kawasan nonpemukiman gitu, tapi ini enggak.
Aku juga nyoba masuk ke Seven Eleven sekitaran situ buat cari barang-barang unik, makanan terutama kalau ada yang interested. Sulit banget sih cari yang berlabel halal, jadi aku ya ragu dong. Keluar sevel aku gak beli apa-apa, gak malu kok, wkwkwk. Meanwhile, saat aku keluar hotel (jam 05:30) dan balik lagi (jam 06:00) an, rommateku masih tidur doong, wkwkwk. Culturelag nya terasa yaa, beda banget. Bisa mulai disimpulkan loo disini, orang Indonesia rajin-rajin, bangunnya pagi-pagi, apalagi yang Islam, sholat Subuh wajib banget. Lucunya, si rommateku itu, Zhen, kalau tidur nggak pakai piyama atau baju ringan-ringan, something like that. Dia pakai baju keren doong, wkwkwk, kayak style-style kita waktu mau pergi kuliah gitu lo dengan celana panjang juga. Kalau aku mah gak bisa seh tidur pakai gituan, gak nyaman dan fleksibel.
Habis jalan-jalan, aku bangunin dia buat sarapan. Sarapannya itu mulai jam 06:30 - 07:00. Ya aku kasihan dong ke dia kalau misal dia ketinggalan sarapan. Awalnya, dia aras-arasen buat bangun, tapi akhirnya bangun juga. Setelah bangun, pikirku "wah, ini dia bisa-bisa ke kamar mandi dulu nih habis bangun buat mandi, nungguin dah gue". Eh ternyata dugaanku salah. Emang benar dia bilang ngomong kalau mau ke kamar mandi, tapi ternyata keluarnya so fast guys. Dia cuma cuci muka dan masih dengan baju bekasnya tidur tadi. GREAT. Aku tanya ke dia, "Lo kamu gak mandi?", jawabnya "Udah, tadi malam". OMAYGAD, terus lo gak mau mandi lagi gitu? wkwkwk. Kaget aja aku, baru tau ternyata kebiasaan orang China seperti itu. Ya untung yaa orang sana putih-putih, jadi gak terlihat dekil walau aslinya gak mandi, wkwkwk. Pantes aja kok dia pakai baju gitu pas tidur, jadi biar sekalian gitu toh.
Anyway, habis itu, aku dan Zhen sarapan bareng. Alhamdulillah, kali ini makanannya disediain panitia (dari hotel sih sebenernya), jadi gak bingung-bingung cari makanan lagi. Cuma ya masih bingung lagi-lagi, cerewetnya keluar, masih selalu dan selalu tanya "Is it pork?". Biasakan selalu bertanya dulu guys emang, biar tidak tersesat di jalan. Alhamdulillah untuk makanan di hotel kali ini halal semua, ada satu yang meragukan, yakni sosis, ternyata juga halal, terbuat dari ayam. Kalau masalah halal dari segi cara pembuatan sih yaa Wallahua'lam yaa. Pokoknya banyak-banyak mohon sama Allah biar ditolerir, mumpung di Thailand aku yaa Allah, wkwkwk.
|
Breakfastnya Bangkok Suites Hotel |
|
Thai Teanya Bangkok Suites Hotel |
Next, habis sarapan, berangkatlah kami naik bus ke destinasi pertama, NAPLAB Co-working Space. Tempatnya itu emang sesuai namanya sih, NAP + LAB, laboratorium tidur. Bukan laboratorium sih, lebih ke co-working spacenya. Co-working space itu adalah suatu tempat yang disewakan untuk bekerja (biasanya kerja kantoran gitu daripada bosen di kantor mulu). Nah, disini itu konsepnya menghadirkan tempat kerja yang nyaman yang bisa sekalian dipakai tidur. Tempatnya bagus bangeet. Sesampainya kami disana, kami diberi suatu kertas (seperti kertas struk gitu) yang ada QR codenya. Fungsinya itu nanti discan sebagai tiket masuk ke tempatnya. Di tempat ini juga, pertama kalinya aku baru tahu kalau pesertanya nggak hanya dari peserta internasional non-Thailand, ternyata ada peserta Thailandnya juga yang ikut, yaitu dari mahasiswa SUT dan beberapa siswa SMP dari sekolah internasional Surawiwat School. Merinding gak tuuh, keren bangeeet, acara mahasiswaan gini diikuti anak SMP jugaa, sekolahnya internasional lagii, kita mah pasti mikirnya gak bakal kuat dah tuh anak-anak SMP. Tapi nyatanya tidak, berbanding terbalik banget.
|
NAPLAB |
Setelah masuk, semua peserta diarahkan untuk berkumpul di sebuah ruangan seperti aula. Aulanya itu berisi kursi-kursi yang ditata linear gitu guys. Di ruang ini, acaranya pertama adalah sambutan dan perkenalan dari staf-staf SUT yang juga bakal jadi panitia dan pemateri nanti. Yang paling kuinget itu ada Ms Darlee, Ms Palm, Mrs Mullika Sungsanit (btw nih orang mirip Kepala SMA ku dulu, Bu Niken) dan Ms Tida. Selanjutnya, beberapa dari peserta diminta untuk speak up mengenai harapannya mengikuti program ini, yang pasti harus ada perwakilan dari peserta internasional, peserta SUT dan peserta Surawiwat. Setelah itu, masing-masing peserta dibagikan spidol dan 2 lembar sticky notes. Diharapkan, tiap peserta menuliskan ekspektasinya terhadap program ini dan janji yang harus dilaksanakan untuk menggapai ekspektasinya tersebut.
Disini, aku nulisnya untuk mendapatkan ilmu lebih mengenai entrepreneurship, jadi janjiku adalah untuk mengikuti dan mendengarkan setiap kegiatan dan materi yang disampaikan. Ada juga yang nulis untuk improve English skillnya, make friends, dll, so janjinya adalah komunikasinya full English. Yaa kurang lebih aku juga begitu, tapi aku nggak mau aja nulis janji yang tidak bisa kutepati, karena impossible banget buat aku ngomong fulllll English semingguan, wkwkk. Gak enak banget kalau gak komunikasi Jowoan sama temen Indo. 2 lembar sticky note ini kemudian ditempelkan pada suatu gabus besar gitu yang disediakan panitia, ada gabus "Expectation" dan "Promise" sendiri. Habis itu, dari beragam coretan-coretan itu, panitia membacakan beberapa diantaranya. Yaa kurang lebih yang kusebutkan tadi itu.
Berikutnya adalah acara yang paling aku suka. Peserta diajak bermain games, so kursi-kursinya dipinggirin semua. Human Bingo nama gamesnya. Tiap peserta diberikan satu lembar kertas gitu yang memuat tabel 5 x 5 berisi macam-macam karakter diri, seperti "tidak suka tomat", "kidal", "bisa berbahasa Spanyol", dll. Tugas tiap peserta adalah mencari peserta lain yang memenuhi karakter tersebut, menuliskan namanya disana untuk membentuk BINGO secara vertikal, horizontal ataupun diagonal. Satu peserta tercepat yang bisa membentuk kata BINGO akan mendapat hadiah. Honestly, aku nggak tertarik sama sekali seh dengan hadiahnya, dan juga nggak tertarik main, wkwkwk. Tapii yaa gimana yaa, ya malu dong aku kalau meneng dewe onoo gak lapo-lapo, wkwkwk. Actually, game ini seruu banget sih. Memaksa tiap peserta untuk berkomunikasi dengan peserta lain (pastinya pakai English kalau tanya ke nonIndo), tapi memang itu esensinya agar kita bisa saling berinteraksi. Kreatif banget deh panitianya. Cocok memang game-game semacam ini untuk diterapkan di semacam acara perkenalan-perkenalan gitu (kayak masa orientasi sekolah kan juga cocok). Finally, pemenang dari game ini adalah Mbak Jess (Jessica), peserta dari Amerika.
Oh ya, agak OOT dikit yaa bentar, aku mau mbahas cara berpakaiannya orang luar. Di event ini baru kerasa banget loo peserta-peserta luar negeri itu pakaiannya kurang sesuai sama budaya kita. Kebanyakan liat paha aku disana, wkwkwk. Banyak yang suka pakai rok mini / celana pendek. Kalau Mbak Jess sukanya malah pakai kemben, wkwkwk. Sangat juaranggg banget kan kita temui yang seperti itu di Indonesia, terutama di UM (inget yaa, seumur hidup, hidupku yaa di sekitaran UM doang sama Tlogowaru, wkwkwk). Lucu banget gitu rasanya. Baru kerasa "ooh, gini yaa rasanya jadi orang Internasional ituu", wkwkwk. Sementara itu, besoknya malah lebih parah, aku liat ada salah satu peserta cowok dari Filipina gitu pas workshop cuma pakai celana pendek (kek training SD yang terlalu pendek itu) + kaos oblong + tas tote bag, wkwkwk. Kalau di Indonesia udah paling gak sopan banget itu kalau dipakai kuliah, pantesnya kan buat kalau mampir ke Indomaret sebelah rumah, wkwkwk. Yaa ginilah rasanya ternyata, you have to feel it guys.
Back to story, setelah games, peserta diminta membuat grup yang terdiri dari 6-7 orang (kalau gak salah) yang semua anggotanya memiliki suatu kesamaan. Peserta bisa memanfaatkan informasi di tabel BINGO games tersebut untuk mencari anggota. Kelompokku membetuk diri berdasarkan persamaan kami yang sama-sama tidak suka tomat (karakter ini ada di tabel, jadi aku bisa dengan mudah mencari teman yang sama). Setelah semua peserta berkelompok, tiap kelompok kemudian dibagikan kertas buram ukuran A1 gitu dan spidol. Peserta disuruh untuk membuat suatu gambar karya yang mencerminkan kelompoknya.
Di kelompokku sendiri, karena kami sama-sama tidak suka tomat, kami berdiskusi dan sepakat untuk membuat gambar tomat besar yang dicoret lalu diberi tulisan "ANTI TOMATO CLUB". Di pinggir-pinggir tomat tersebut kemudian ditambahkan gambar kecil yang menggambarkan hobi masing-masing anggota. Btw, untung banget di kelompokku itu ada anak Surawiwat yang namanya Jobjab (re:jobjob). Dia sangat talkative, inisiatif dan niat banget, jadi kelompok kami diskusinya terinisiasi dengan baik. Bersyukur banget gitu nggak garing. Aku juga coba menghidupkan suasana dengan berkomunikasi dengan beberapa anggota agar gak krik-krik. Strange banget lah suasananya pokok, tapi yawes gimana caranya kita buat bisa berkenalan satu sama lain.
Di kelompok ini rasanya yang paling niat aku dan Jobjab (puedeeee, wkwkwk). Tapi yaa gimana lagi yaa, emang canggung sih awal perkenalan gitu, yaa ditolerir aja. Kalau aku pribadi orangnya nggak suka banget kalau gabut dan gak berkontribusi bagi kelompok, jadii yaa harus kulakukan, SKSD mode on. Untung banget, syukur alhamdulillah ada Jobjab. Btw, emang dari awal mbentuk kelompok aku ngincer nih anak, karena saat dia memberikan testimoni itu keliatan banget kalau dia percaya diri, Englishnya bagus, dll. Dan yang paling penting, nih anak unyuuuk bangett, pipinya tembem, pengen dicubit. Dia kayak baymax gituu.
Setelah nggambar, tiap kelompok diminta untuk presentasi gambarnya di hadapan semua peserta. Beeeuh, dari sini public speaking mulai diuji. Di kelompok kami semuanya pada ogah-ogahan untuk presentasi, wkwkwk. Paling bisa dan niat itu yaa Jobjab itu, alhamdulillah ada tumbal. Tapi disini aku juga bantu ngomong dikit-dikit.
|
Kelompokku dan Hasil Karyanya |
Presentasi selesai, saatnya ISHOMA. Lunch kali ini murni disediakan oleh panitia. Ada 3 menu yang bisa dipilih salah satunya, yaitu makaroni seafood, nasi bebek (kalau gak salah) sama apa gitu satunya, lupa. Semuanya dikemas dalam semacam tupperware sekali pakai gitu, jadi peserta tinggal ambil, makan dan buang. Aku milihnya makaroni seafood, jarang banget kan di Indo aku makan pasta, jadii ya mumpung di luar negeri, makannya yang gak lazim-lazim dikit lah. Btw makaroni seafoodnya enak bangettt sumpill. Di Indo, aku paling anti banget sama sayur, di Thailand ini, mode anti sayurku jadi off, wkwkwk, aku suka banget sama semua makanannya, meskipun kecampur sayur, gimana-gimana aku harus makan itu, lama dan ribet juga kalau harus milihin soalnya. Panitia juga menyediakan kopi yang ngecam sendiri untuk minumannya. Oh ya, di momen lunch ini, aku pertama kalinya kenalan sama kakak-kakak dari ITS (Institur Teknik Sepuluh Nopember) yang juga jadi peserta program ini. Ada Mbak Auda, Mbak Maria, Mbak Kuni dan Mas Okta.
Sementara yang lain kalau udah selesai leha-leha, aku dan gengs, termasuk mbak mas dari ITS (kecuali Mbak Maria yang nonis dan Mbak Kuni yang lagi dapet) sholat jamak Dhuhur + Ashar. Di Thailand ini suwwwliit banget buat nemuin musholla, di NAPLAB ini aja, kami minta ruang untuk sholat, diberinya di sebuah meeting room gitu. Wudhunya di kamar mandi. Tau sendiri laah kamar mandinya luar negeri kayak gimana, ala-ala American Standard gitu yang cuma ada kloset jongkok + semprotannya itu, wkwkwk. Pas momen sholat ini, aku juga baru tahu ternyata ada peserta lain juga (nonInternasional) yang muslim. Pas ditelusuri, ternyata eh ternyata si masnya itu mahasiswa SUT, Masnya namanya Mas Ahmad. Masnya ikut program S2 SUT setelah S1nya di IPB. Ada juga muslim yang lain namanya Mas Bukhori itu dari Malaysia.
Setelah ISHOMA, kegiatan berlanjut di ruang yang sama seperti tadi. Kami yang muslim ini nelat, karena emang waktu lunchnya itu relatif cepat dari waktu lunch + sholat kami. Kegiatan selanjutnya yaitu mendengarkan paparan materi dari perwakilan UN (United Nation / PBB). Keren banget cuy acara ini bisa ndatengin pemateri dari UN. Materi yang dijelaskan disini adalah tentang isu-isu permasalahan dunia saat ini yang umum terjadi yang terangkum dalam SDG (Sustainable Development Goals). Nah, mulai dari sini aku rada gak paham apa-apa yang disampaikan pemateri, wkwkwk. Englishnya ituu cuepet dan fasih banget, pronouncenya serasa gak Asia yang familiar di kuping, pokoknya English skillku belum bisa banyak nalangi lah, wkwkwk. Ditambah lagi posisiku waktu itu duduk di belakang (karena terlambat), jadii yaa aku di belakang anguk-anguk ngaminin aja daaah.
|
SDG: Sustainable Developmemt Goals |
Setelah pemateri membahas satu persatu mengenai poin-poin SDG, si pemateri meminta beberapa volunteer untuk memberikan testimoni / kesaksian mengenai salah satu poin dari SDG yang pernah ditemuinya. Nah, momen ini bikin aku terkaget-kaget saat ada peserta cowok dari Filipina speak up. Roxy namanya. Yang bikin kaget, saat itu dia mengakui bahwa dirinya adalah seorang "Gay". Dia speak up mengenai poin "Gender Equality" atau bisa juga "Reduce Inequality". Dia bercerita bahwasanya selama dirinya menjadi gay, banyak sekali perilaku-perilaku diskriminatif yang dirasakannya. Dia juga mengambil kasus lain seperti diskriminasi muslim di dunia, diskriminasi kulit hitam, dll. Secara umum, speechnya saat itu bener-bener bagus, menggugah dan meyakinkan kita bahwa memang diskriminasi harus dihapuskan. Dia Englishnya juga bagus banget dan cepet, aku kurang bisa ngikuti (btw para peserta dari Filipin Englishnya bagus semua, karena memang kelas kuliah mereka juga kelas Internasional gitu). Dari ceritanya Roxy ini aku agak setuju, tapi paling gak setuju banget kalau membahas kesetaraan gender bagi LGBT. It's like a big NO right in Indonesia. Tapi kalau di luar negeri ya beda lagi, gimana-gimana yaa harus bisa nerima kalau ada temen kayak gitu. Sok baik aja aku, wkwkwk.
Berikutnya setelah testimoni ini, pemateri meminta para peserta untuk membentuk kelompok sesuai poin SDG yang diminatinya. Aku saat itu milih "Clean Water and Sanitation". Di kelompok poin ini, aku bersama Mbak Maria dan beberapa para peserta dari China, termasuk roommateku, Zhen. Setelah berkelompok, sama seperti tadi, panitia membagikan kertas buram A1 untuk digunakan menuangkan ide mengenai permasalahan-permasalahan terkait poin tersebut dan solusi yang bisa dilakukan.
Pas momen ini, lagi-lagi aku mengalami kendala-kendala komunikasi dan mengekspresikan ide. Tiga orang (kalau gak salah) dari grupku merupakan anggota yang dipaksakan, wkwkwk. Dibilang dipaksakan karena memang poin SDG ini bukan merupakan poin pilihan mereka, tetapi karena kelompok mereka kekurangan anggota, maka kelompok kecil itu dimerger dengan grupku. Aslinya yang bener-bener milih poin ini itu adalah aku, Mbak Maria dan Zhen.
Seperti yang kubilang tadi, di grup ini aku juga terkendala komunikasi. Menurutku grup ini inisiasinya kurang, sehingga lebih banyak ngekriknya. Aku lebih banyak diskusinya sama Mbak Maria, and so do para peserta dari China itu diskusi dengan teman senegaranya. Untung aja disini ada savior juga kayak tadi, Zhen saviornya. Secara background Zhen ini adalah Teknik Lingkungan, dan di daerahnya banyak kasus yang terkait poin ini, maka dia berkontribusi banyak. Aku dan lainnya just like tim hore dan pelengkap isi-isi idenya. Pas presentasi pun, Zhen yang jadi presenternya sendiri, aku jadi ngerasa bersalah dan gak guna banget, wkwkwk.
Btw, si Zhen ini Englishnya bagus banget dan cepet ngomongnya, di kamar aja kadang kalau dia ngajak aku ngobrol, aku kadang banyak gak ngertinya, pokok cuma ketawa aja sama ngiyain, tapi gak ngerti maksudnya. Kalau yang cewek dari China mereka Englishnya agak kurang, yaa kayak aku gitu seh, jadi komunikasinya kadang ribet banget gitu. Di sini aku baru ngerasain banget pentingnya belajar dan praktik bahasa Inggris. Dapet hikmah yang besar banget ikutan program internasional semacam ini.
Next, habis presentasi, acara dilanjutkan dengan coffee break. Coffee breaknya aku dapat puff pastry isi jamur gitu yang uenaaaak bangett. Sumpah, aku seneng banget makanan-makanan pas acara ini, bikin good mood dan naikin berat badanku, wkwkwk. Peserta juga dipersilakan apabila mau mengecam kopi / teh. Setelah coffee break, keluarlah kita dari gedung NAPLAB itu menuju bis lagi. Sesuai rundown, kali ini kita mau ke Rattanakosin Exhibition Hall. Yeee. Dari namanya dan searchingku di Google sih kalau pikiranku itu semacam tempat museum untuk exhibit kebudayaan dan sejarah Thailand gitu.
Sesampainya disana, kita masuk dan dibuat nunggu dulu di suatu ruangan luasss banget. Disana sambil nunggu, foto-foto dong pastinya, lagian ruangan kosong aja bagus dan instagramable loh. Sebenarnya gak jelas seh ini nunggunya nungguin apa, mungkin para panitia ini masih berkoordinasi dengan pihak pengurus tempatnya atau mungkin masih ngurusi pembayaran tiket masuknya. Setelah ada kabar, ternyata, semua dari peserta harus dibagi menjadi 3 atau 4 kloter gitu kalau gak salah (aku lupa berapanya) untuk kloter tour masuk museumnya. Nah yaudah, aku dan teman-teman Indonesia pilih kloter yang akhir aja. Toh juga nanti yang kloter pertama bakal nungguin kloter terakhir. Sebagai peserta kloter terakhir, kami dibebaskan untuk berkeliling ke sekitaran kompleks luar museum sebelum tour. Di sekitaran museumnya itu ada sebuah bangunan semacam kuil, atau kalau di kita itu semacam pendopo. Bagus banget sumpah pendoponya ini dan view taman sekitarannya.
|
Aula Kosong yang Instagramable |
|
View Sekitar Rattanakosin Exhibition Hall |
Setelah puas berfoto, kami diberitahu panitia kalau kloter 2 sudah mau mulai jalan, tetapi masih kekurangan anak. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk ikut kloter 2 saja daripada yang terakhir, karena kami juga udah bosen berfoto disini, wkwkwk. Nah pas mau masuk itu, kita disuruh baris dua-dua dan untuk peserta nonThailand diberi semacam handy talkie gitu untuk mesin translatornya. Ceritanya handy talkie ini dipasang ke telinga (ada earphonenya gitu), lalu kita nanti muter tombol ke channel apa gitu untuk mendengarkan narasi English. Channelnya nanti bakal dikasih tahu petugasnya. Asik bangett kaan, support internasional banget nih museum. Tour guidenya juga cerita dalam 2 bahasa.
Masuk museumnya isinya bagusss banget dan AMAZING WONDERFUL. Pertama liat diorama Thailand pas masa tradisional gitu, terus naik suatu perahu buatan yang dibawahnya ada proyeksi laut gitu + sekitarnya ada proyeksi perkampungan sekitar laut gitu. Perahunya ternyata bisa goyang-goyang dan gerak gitu karena digerakkan oleh mesin. Sumpaah, niat banget nih museum dalam menyajikan sejarah Thailand. Perjalanan tour ini dimulai dari zaman tradisional Thailand, lalu ke zaman perang dunia (kalau gak salah), zaman raja-rajanya, dll. Semuanya disajikan dalam kemasan yang unik, interaktif dan menarik. Barang-barang dan cerita-cerita sejarahnya pun terdokumentasikan dengan baik loo. Salut banget sama bangsa Thailand deh pokoknya yang amat menghargai sejarahnya. Bangsa yang besar kan juga berasal dari bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
|
Isi Rattanakosin Exhibition Hall |
Oh ya berhubungan dengan kebudayaan, di Thailand ini semua jalannya banyak dipasang bendera biru dan kuning serta bender Thailand looh (beberapa biru aja, beberapa kuning aja, beberapa berdampingan). Setelah tanya-tanya ke Ms Palm, ternyata arti dari bendera biru itu melambangkan Raja, sementara yang kuning melambangkan Ratu. Kadang juga ada yang masang foto Raja dan atau Ratu di suatu tempat, ada yang besar dan ada yang sedengan. Disini juga bisa dipelajari bahwasanya rakyat Thailand ini sangat mencintai, menyayangi dan mendukung pemimpinnya. Merekapun juga sangat nasionalis dengan selalu memasang bendera di tiap ruas jalan. Patut ditiru sekali lah pokok. Kalau kita mah masang bendera kalau pas lagi agustusan doang.
|
Bendera dan Foto Raja / Ratu yang sering ditemui di jalanan Thailand |
Back to the event, habis tour, sesuai jadwal kita selanjutnya pergi dinner ke Chao Phraya. Pas udah sekiranya nyampek, aku agak heran, busnya ini berhenti di suatu tempat kayak pasar gitu, ngapain coba. Terus oleh Ms Palm, semuanya diminta untuk turun dan mengikutinya. Okedeeh, manut ajaa. Ms Palm menuntun kami untuk jalan melewati suatu pasar gitu (kayak di Indonesia) yang ada sungainya (it must be Chao Phraya river) lalu masuk ke sebuah pasar lain (pasar yang dalam bangunan gitu semacam Gajamada gitu) and finally kita sampai di semacam kafe terbuka gituu di pinggir sungai. WOW BANGETTT VIEWNYAA, AMAZEEED. Ditambah dengan dekor lampu-lampunya bikin tambah unik.
|
Suasana Tempat Dinnernya |
Gak usah nunggu lagi, hidangannya juga udah siap (prasmanan gitu ceritanya), jadi langsung sikat daah gua, wkwkwk. Sumpah, aku disini itu jadi orang yang serakah bangett makannya. Aku jadi orang pertama yang ambil makan ketika semua pada malu-malu untuk ambil, wkwkwk. Sekalian aku ambilnya yang buanyaak. Makanannya enak-enak bangettt. Paling cintaa aku sama tomyum dan lumpianya (entah apa namanya). Ada juga semacam cecek kecap gitu, tapi ternyata itu babi. Mbak Kuni udah kadung makan duluan, wkwkwk. Untung aku gak ambil karena emang aku gak suka cecek. Tomyumnya favorit bangett sumpaah, kuahnya itu kerasa banget spicenya, sama udangnya besar-besar hee, udah dikupas lagii. Lumpianya kayak sosis solo mini gitu lo, perasaanku seh ini isinya ada ayam dan kacang polong gitu. Desertnya tambah enak lagi, kalau di Indo semacam es kopyor. Santannya kentel dan kerasa banget ditambah isian-isian jelly dan semacamnya yang enakk. SUKAKK BANGET DAN BAHAGIAA BANGET AKU POKOKNYAA. Aku loo hee sampek imbuh tomyum dan lumpia.Alhasil, aku kelempoken dan kekenyangen, wkwkwk. Pelajaran nih bagi orang serakah, kalau imbuh jangan banyak-banyak.
|
Hidangan Dinnernya |
Setelah selesai dinner, semuanya dibebasin mau ngapain aja sampai jam 18:00. Yaa pastinya kita sebagai orang Indo foto-foto doong di spot-spot sekitaran situu. Bagus semuaa sumpah viewnya. Sungainya buesaarr dan di seberangnya itu ada semacam pagoda gitu yang nyala, jadi tambah cantik. Apalagi di sungainya ada kapal pesiar kecil yang lewat gituu, plus ada juga kapal pembawa batubara. Kalau gak salah emang sungai Chao Phraya ini sungai terbesar se-Asia Tenggara bukan?
|
Kapal Pesiar yang melewati Chao Phraya |
Pokok intinya seruu bangett dan seneng bangett gitu hari itu, puncaknya pas dinner. Habis dinner, peserta internasional balik lagi ke hotel, kalau yang peserta Thailand kurang tahu dikemanainnya, wkwkwk. Sweneng banget pokok. Btw, sebenarnya destinasi wisata dan dinnernya agak berubah dari rundown awal yang kami terima pas ndaftar. Di rundown tersebut, tertulis kalau peserta bakal diajak ke Wat Pho dan Grand Palace, serta dinnernya di Chao Phraya Cruise (yang kalau aku bayangin itu dinnernya naik kapal). Namun, gak papalah destinasinya diubah, toh yaa aku tetep seneng bangett. Apalagi gratis, masak iya lu mau protes dan gak bersyukur gitu, wkwkwk, tambah lagi panitianya baik-baiiiik. Anyway, untuk hari kedua, kusambung di another post yaa, insyaAllah liburan ini tak selesaikan. Thank youu and see youu.
Wassalammualaikum wr. wb.
(OJOK MEK DIDELOK TOK POO REK, KOMENEN PISAN TALAH)