Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Tampilkan postingan dengan label student mobility. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label student mobility. Tampilkan semua postingan

Senin, 31 Desember 2018

, ,

SUT Global Entrepreneurship Camp 2018 Day 1

Assalammualaikum wr. wb.
Bismillahirrohmanirrohim

Oke guys, tanpa basa-basi lagi, gue mau cerita kegiatan hari pertama SUT Global Entrepreneurship Camp 2018. Di rundown, tertulis kalau hari ini kegiatannya yaitu workshop di NAPLAB Co-working space, wisata ke Rattanakosin Exhibition Hall dan dinner di Chao Phraya. Yuk, ikuti ceritanya.
Pagi-pagi aku terkejut kedatangan roommateku yang diduga nggak jadi datang itu. Zhen namanya (re: Chen), dia asalnya dari China. Ternyata dia terlambat datang karena pesawatnya delay guys. Kasihan juga, datang-datang pas malam hari banget.

Beside that, pagi-pagi aku dah bangun. Sholat subuh. Nggak enak sih sholat di kamar hotel, sempit, wudhunya harus di bathub lagi. Terus, kalau di Thailand itu subuhnya jam 05:30 kalau gak salah, bayangin daaah. Zona waktunya sih sama kayak di Indonesia, tapi subuhnya yang beda. Jadi ya percuma dong aku bangun puagii. Habis subuhan aku jalan-jalan ke sekitaran hotel, biasalah, jiwa petualanganku keluar. Hotelnya ini terletak di sekitar kayak perkampungan warga gitu guys. Aneh juga ya kalau kupikir, di Indonesia kan hotel itu di kawasan nonpemukiman gitu, tapi ini enggak.

Aku juga nyoba masuk ke Seven Eleven sekitaran situ buat cari barang-barang unik, makanan terutama kalau ada yang interested. Sulit banget sih cari yang berlabel halal, jadi aku ya ragu dong. Keluar sevel aku gak beli apa-apa, gak malu kok, wkwkwk. Meanwhile, saat aku keluar hotel (jam 05:30) dan balik lagi (jam 06:00) an, rommateku masih tidur doong, wkwkwk. Culturelag nya terasa yaa, beda banget. Bisa mulai disimpulkan loo disini, orang Indonesia rajin-rajin, bangunnya pagi-pagi, apalagi yang Islam, sholat Subuh wajib banget. Lucunya, si rommateku itu, Zhen, kalau tidur nggak pakai piyama atau baju ringan-ringan, something like that. Dia pakai baju keren doong, wkwkwk, kayak style-style kita waktu mau pergi kuliah gitu lo dengan celana panjang juga. Kalau aku mah gak bisa seh tidur pakai gituan, gak nyaman dan fleksibel.

Habis jalan-jalan, aku bangunin dia buat sarapan. Sarapannya itu mulai jam 06:30 - 07:00. Ya aku kasihan dong ke dia kalau misal dia ketinggalan sarapan. Awalnya, dia aras-arasen buat bangun, tapi akhirnya bangun juga. Setelah bangun, pikirku "wah, ini dia bisa-bisa ke kamar mandi dulu nih habis bangun buat mandi, nungguin dah gue". Eh ternyata dugaanku salah. Emang benar dia bilang ngomong kalau mau ke kamar mandi, tapi ternyata keluarnya so fast guys. Dia cuma cuci muka dan masih dengan baju bekasnya tidur tadi. GREAT. Aku tanya ke dia, "Lo kamu gak mandi?", jawabnya "Udah, tadi malam". OMAYGAD, terus lo gak mau mandi lagi gitu? wkwkwk. Kaget aja aku, baru tau ternyata kebiasaan orang China seperti itu. Ya untung yaa orang sana putih-putih, jadi gak terlihat dekil walau aslinya gak mandi, wkwkwk. Pantes aja kok dia pakai baju gitu pas tidur, jadi biar sekalian gitu toh.

Anyway, habis itu, aku dan Zhen sarapan bareng. Alhamdulillah, kali ini makanannya disediain panitia (dari hotel sih sebenernya), jadi gak bingung-bingung cari makanan lagi. Cuma ya masih bingung lagi-lagi, cerewetnya keluar, masih selalu dan selalu tanya "Is it pork?". Biasakan selalu bertanya dulu guys emang, biar tidak tersesat di jalan. Alhamdulillah untuk makanan di hotel kali ini halal semua, ada satu yang meragukan, yakni sosis, ternyata juga halal, terbuat dari ayam. Kalau masalah halal dari segi cara pembuatan sih yaa Wallahua'lam yaa. Pokoknya banyak-banyak mohon sama Allah biar ditolerir, mumpung di Thailand aku yaa Allah, wkwkwk.

Breakfastnya Bangkok Suites Hotel

Thai Teanya Bangkok Suites Hotel
Next, habis sarapan, berangkatlah kami naik bus ke destinasi pertama, NAPLAB Co-working Space. Tempatnya itu emang sesuai namanya sih, NAP + LAB, laboratorium tidur. Bukan laboratorium sih, lebih ke co-working spacenya. Co-working space itu adalah suatu tempat yang disewakan untuk bekerja (biasanya kerja kantoran gitu daripada bosen di kantor mulu). Nah, disini itu konsepnya menghadirkan tempat kerja yang nyaman yang bisa sekalian dipakai tidur. Tempatnya bagus bangeet. Sesampainya kami disana, kami diberi suatu kertas (seperti kertas struk gitu) yang ada QR codenya. Fungsinya itu nanti discan sebagai tiket masuk ke tempatnya. Di tempat ini juga, pertama kalinya aku baru tahu kalau pesertanya nggak hanya dari peserta internasional non-Thailand, ternyata ada peserta Thailandnya juga yang ikut, yaitu dari mahasiswa SUT dan beberapa siswa SMP dari sekolah internasional Surawiwat School. Merinding gak tuuh, keren bangeeet, acara mahasiswaan gini diikuti anak SMP jugaa, sekolahnya internasional lagii, kita mah pasti mikirnya gak bakal kuat dah tuh anak-anak SMP. Tapi nyatanya tidak, berbanding terbalik banget.



NAPLAB
Setelah masuk, semua peserta diarahkan untuk berkumpul di sebuah ruangan seperti aula. Aulanya itu berisi kursi-kursi yang ditata linear gitu guys. Di ruang ini, acaranya pertama adalah sambutan dan perkenalan dari staf-staf SUT yang juga bakal jadi panitia dan pemateri nanti. Yang paling kuinget itu ada Ms Darlee, Ms Palm, Mrs Mullika Sungsanit (btw nih orang mirip Kepala SMA ku dulu, Bu Niken) dan Ms Tida. Selanjutnya, beberapa dari peserta diminta untuk speak up mengenai harapannya mengikuti program ini, yang pasti harus ada perwakilan dari peserta internasional, peserta SUT dan peserta Surawiwat. Setelah itu, masing-masing peserta dibagikan spidol dan 2 lembar sticky notes. Diharapkan, tiap peserta menuliskan ekspektasinya terhadap program ini dan janji yang harus dilaksanakan untuk menggapai ekspektasinya tersebut.

Disini, aku nulisnya untuk mendapatkan ilmu lebih mengenai entrepreneurship, jadi janjiku adalah untuk mengikuti dan mendengarkan setiap kegiatan dan materi yang disampaikan. Ada juga yang nulis untuk improve English skillnya, make friends, dll, so janjinya adalah komunikasinya full English. Yaa kurang lebih aku juga begitu, tapi aku nggak mau aja nulis janji yang tidak bisa kutepati, karena impossible banget buat aku ngomong fulllll English semingguan, wkwkk. Gak enak banget kalau gak komunikasi Jowoan sama temen Indo. 2 lembar sticky note ini kemudian ditempelkan pada suatu gabus besar gitu yang disediakan panitia, ada gabus "Expectation" dan "Promise" sendiri. Habis itu, dari beragam coretan-coretan itu, panitia membacakan beberapa diantaranya. Yaa kurang lebih yang kusebutkan tadi itu.

Berikutnya adalah acara yang paling aku suka. Peserta diajak bermain games, so kursi-kursinya dipinggirin semua. Human Bingo nama gamesnya. Tiap peserta diberikan satu lembar kertas gitu yang memuat tabel 5 x 5 berisi macam-macam karakter diri, seperti "tidak suka tomat", "kidal", "bisa berbahasa Spanyol", dll. Tugas tiap peserta adalah mencari peserta lain yang memenuhi karakter tersebut, menuliskan namanya disana untuk membentuk BINGO secara vertikal, horizontal ataupun diagonal. Satu peserta tercepat yang bisa membentuk kata BINGO akan mendapat hadiah. Honestly, aku nggak tertarik sama sekali seh dengan hadiahnya, dan juga nggak tertarik main, wkwkwk. Tapii yaa gimana yaa, ya malu dong aku kalau meneng dewe onoo gak lapo-lapo, wkwkwk. Actually, game ini seruu banget sih. Memaksa tiap peserta untuk berkomunikasi dengan peserta lain (pastinya pakai English kalau tanya ke nonIndo), tapi memang itu esensinya agar kita bisa saling berinteraksi. Kreatif banget deh panitianya. Cocok memang game-game semacam ini untuk diterapkan di semacam acara perkenalan-perkenalan gitu (kayak masa orientasi sekolah kan juga cocok). Finally, pemenang dari game ini adalah Mbak Jess (Jessica), peserta dari Amerika.



Oh ya, agak OOT dikit yaa bentar, aku mau mbahas cara berpakaiannya orang luar. Di event ini baru kerasa banget loo peserta-peserta luar negeri itu pakaiannya kurang sesuai sama budaya kita. Kebanyakan liat paha aku disana, wkwkwk. Banyak yang suka pakai rok mini / celana pendek. Kalau Mbak Jess sukanya malah pakai kemben, wkwkwk. Sangat juaranggg banget kan kita temui yang seperti itu di Indonesia, terutama di UM (inget yaa, seumur hidup, hidupku yaa di sekitaran UM doang sama Tlogowaru, wkwkwk). Lucu banget gitu rasanya. Baru kerasa "ooh, gini yaa rasanya jadi orang Internasional ituu", wkwkwk. Sementara itu, besoknya malah lebih parah, aku liat ada salah satu peserta cowok dari Filipina gitu pas workshop cuma pakai celana pendek (kek training SD yang terlalu pendek itu) + kaos oblong + tas tote bag, wkwkwk. Kalau di Indonesia udah paling gak sopan banget itu kalau dipakai kuliah, pantesnya kan buat kalau mampir ke Indomaret sebelah rumah, wkwkwk. Yaa ginilah rasanya ternyata, you have to feel it guys.

Back to story, setelah games, peserta diminta membuat grup yang terdiri dari 6-7 orang (kalau gak salah) yang semua anggotanya memiliki suatu kesamaan. Peserta bisa memanfaatkan informasi di tabel BINGO games tersebut untuk mencari anggota. Kelompokku membetuk diri berdasarkan persamaan kami yang sama-sama tidak suka tomat (karakter ini ada di tabel, jadi aku bisa dengan mudah mencari teman yang sama). Setelah semua peserta berkelompok, tiap kelompok kemudian dibagikan kertas buram ukuran A1 gitu dan spidol. Peserta disuruh untuk membuat suatu gambar karya yang mencerminkan kelompoknya.

Di kelompokku sendiri, karena kami sama-sama tidak suka tomat, kami berdiskusi dan sepakat untuk membuat gambar tomat besar yang dicoret lalu diberi tulisan "ANTI TOMATO CLUB". Di pinggir-pinggir tomat tersebut kemudian ditambahkan gambar kecil yang menggambarkan hobi masing-masing anggota. Btw, untung banget di kelompokku itu ada anak Surawiwat yang namanya Jobjab (re:jobjob). Dia sangat talkative, inisiatif dan niat banget, jadi kelompok kami diskusinya terinisiasi dengan baik. Bersyukur banget gitu nggak garing. Aku juga coba menghidupkan suasana dengan berkomunikasi dengan beberapa anggota agar gak krik-krik. Strange banget lah suasananya pokok, tapi yawes gimana caranya kita buat bisa berkenalan satu sama lain.

Di kelompok ini rasanya yang paling niat aku dan Jobjab (puedeeee, wkwkwk). Tapi yaa gimana lagi yaa, emang canggung sih awal perkenalan gitu, yaa ditolerir aja. Kalau aku pribadi orangnya nggak suka banget kalau gabut dan gak berkontribusi bagi kelompok, jadii yaa harus kulakukan, SKSD mode on. Untung banget, syukur alhamdulillah ada Jobjab. Btw, emang dari awal mbentuk kelompok aku ngincer nih anak, karena saat dia memberikan testimoni itu keliatan banget kalau dia percaya diri, Englishnya bagus, dll. Dan yang paling penting, nih anak unyuuuk bangett, pipinya tembem, pengen dicubit. Dia kayak baymax gituu.

Setelah nggambar, tiap kelompok diminta untuk presentasi gambarnya di hadapan semua peserta. Beeeuh, dari sini public speaking mulai diuji. Di kelompok kami semuanya pada ogah-ogahan untuk presentasi, wkwkwk. Paling bisa dan niat itu yaa Jobjab itu, alhamdulillah ada tumbal. Tapi disini aku juga bantu ngomong dikit-dikit.


Kelompokku dan Hasil Karyanya
Presentasi selesai, saatnya ISHOMA. Lunch kali ini murni disediakan oleh panitia. Ada 3 menu yang bisa dipilih salah satunya, yaitu makaroni seafood, nasi bebek (kalau gak salah) sama apa gitu satunya, lupa. Semuanya dikemas dalam semacam tupperware sekali pakai gitu, jadi peserta tinggal ambil, makan dan buang. Aku milihnya makaroni seafood, jarang banget kan di Indo aku makan pasta, jadii ya mumpung di luar negeri, makannya yang gak lazim-lazim dikit lah. Btw makaroni seafoodnya enak bangettt sumpill. Di Indo, aku paling anti banget sama sayur, di Thailand ini, mode anti sayurku jadi off, wkwkwk, aku suka banget sama semua makanannya, meskipun kecampur sayur, gimana-gimana aku harus makan itu, lama dan ribet juga kalau harus milihin soalnya. Panitia juga menyediakan kopi yang ngecam sendiri untuk minumannya. Oh ya, di momen lunch ini, aku pertama kalinya kenalan sama kakak-kakak dari ITS (Institur Teknik Sepuluh Nopember) yang juga jadi peserta program ini. Ada Mbak Auda, Mbak Maria, Mbak Kuni dan Mas Okta.

Sementara yang lain kalau udah selesai leha-leha, aku dan gengs, termasuk mbak mas dari ITS (kecuali Mbak Maria yang nonis dan Mbak Kuni yang lagi dapet) sholat jamak Dhuhur + Ashar. Di Thailand ini suwwwliit banget buat nemuin musholla, di NAPLAB ini aja, kami minta ruang untuk sholat, diberinya di sebuah meeting room gitu. Wudhunya di kamar mandi. Tau sendiri laah kamar mandinya luar negeri kayak gimana, ala-ala American Standard gitu yang cuma ada kloset jongkok + semprotannya itu, wkwkwk. Pas momen sholat ini, aku juga baru tahu ternyata ada peserta lain juga (nonInternasional) yang muslim. Pas ditelusuri, ternyata eh ternyata si masnya itu mahasiswa SUT, Masnya namanya Mas Ahmad. Masnya ikut program S2 SUT setelah S1nya di IPB. Ada juga muslim yang lain namanya Mas Bukhori itu dari Malaysia.

Setelah ISHOMA, kegiatan berlanjut di ruang yang sama seperti tadi. Kami yang muslim ini nelat, karena emang waktu lunchnya itu relatif cepat dari waktu lunch + sholat kami. Kegiatan selanjutnya yaitu mendengarkan paparan materi dari perwakilan UN (United Nation / PBB). Keren banget cuy acara ini bisa ndatengin pemateri dari UN. Materi yang dijelaskan disini adalah tentang isu-isu permasalahan dunia saat ini yang umum terjadi yang terangkum dalam SDG (Sustainable Development Goals). Nah, mulai dari sini aku rada gak paham apa-apa yang disampaikan pemateri, wkwkwk. Englishnya ituu cuepet dan fasih banget, pronouncenya serasa gak Asia yang familiar di kuping, pokoknya English skillku belum bisa banyak nalangi lah, wkwkwk. Ditambah lagi posisiku waktu itu duduk di belakang (karena terlambat), jadii yaa aku di belakang anguk-anguk ngaminin aja daaah.

SDG: Sustainable Developmemt Goals
Setelah pemateri membahas satu persatu mengenai poin-poin SDG, si pemateri meminta beberapa volunteer untuk memberikan testimoni / kesaksian mengenai salah satu poin dari SDG yang pernah ditemuinya. Nah, momen ini bikin aku terkaget-kaget saat ada peserta cowok dari Filipina speak up. Roxy namanya. Yang bikin kaget, saat itu dia mengakui bahwa dirinya adalah seorang "Gay". Dia speak up mengenai poin "Gender Equality" atau bisa juga "Reduce Inequality". Dia bercerita bahwasanya selama dirinya menjadi gay, banyak sekali perilaku-perilaku diskriminatif yang dirasakannya. Dia juga mengambil kasus lain seperti diskriminasi muslim di dunia, diskriminasi kulit hitam, dll. Secara umum, speechnya saat itu bener-bener bagus, menggugah dan meyakinkan kita bahwa memang diskriminasi harus dihapuskan. Dia Englishnya juga bagus banget dan cepet, aku kurang bisa ngikuti (btw para peserta dari Filipin Englishnya bagus semua, karena memang kelas kuliah mereka juga kelas Internasional gitu). Dari ceritanya Roxy ini aku agak setuju, tapi paling gak setuju banget kalau membahas kesetaraan gender bagi LGBT. It's like a big NO right in Indonesia. Tapi kalau di luar negeri ya beda lagi, gimana-gimana yaa harus bisa nerima kalau ada temen kayak gitu. Sok baik aja aku, wkwkwk.

Berikutnya setelah testimoni ini, pemateri meminta para peserta untuk membentuk kelompok sesuai poin SDG yang diminatinya. Aku saat itu milih "Clean Water and Sanitation". Di kelompok poin ini, aku bersama Mbak Maria dan beberapa para peserta dari China, termasuk roommateku, Zhen. Setelah berkelompok, sama seperti tadi, panitia membagikan kertas buram A1 untuk digunakan menuangkan ide mengenai permasalahan-permasalahan terkait poin tersebut dan solusi yang bisa dilakukan.

Pas momen ini, lagi-lagi aku mengalami kendala-kendala komunikasi dan mengekspresikan ide. Tiga orang (kalau gak salah) dari grupku merupakan anggota yang dipaksakan, wkwkwk. Dibilang dipaksakan karena memang poin SDG ini bukan merupakan poin pilihan mereka, tetapi karena kelompok mereka kekurangan anggota, maka kelompok kecil itu dimerger dengan grupku. Aslinya yang bener-bener milih poin ini itu adalah aku, Mbak Maria dan Zhen.

Seperti yang kubilang tadi, di grup ini aku juga terkendala komunikasi. Menurutku grup ini inisiasinya kurang, sehingga lebih banyak ngekriknya. Aku lebih banyak diskusinya sama Mbak Maria, and so do para peserta dari China itu diskusi dengan teman senegaranya. Untung aja disini ada savior juga kayak tadi, Zhen saviornya. Secara background Zhen ini adalah Teknik Lingkungan, dan di daerahnya banyak kasus yang terkait poin ini, maka dia berkontribusi banyak. Aku dan lainnya just like tim hore dan pelengkap isi-isi idenya. Pas presentasi pun, Zhen yang jadi presenternya sendiri, aku jadi ngerasa bersalah dan gak guna banget, wkwkwk.

Btw, si Zhen ini Englishnya bagus banget dan cepet ngomongnya, di kamar aja kadang kalau dia ngajak aku ngobrol, aku kadang banyak gak ngertinya, pokok cuma ketawa aja sama ngiyain, tapi gak ngerti maksudnya. Kalau yang cewek dari China mereka Englishnya agak kurang, yaa kayak aku gitu seh, jadi komunikasinya kadang ribet banget gitu. Di sini aku baru ngerasain banget pentingnya belajar dan praktik bahasa Inggris. Dapet hikmah yang besar banget ikutan program internasional semacam ini.

Next, habis presentasi, acara dilanjutkan dengan coffee break. Coffee breaknya aku dapat puff pastry isi jamur gitu yang uenaaaak bangett. Sumpah, aku seneng banget makanan-makanan pas acara ini, bikin good mood dan naikin berat badanku, wkwkwk. Peserta juga dipersilakan apabila mau mengecam kopi / teh. Setelah coffee break, keluarlah kita dari gedung NAPLAB itu menuju bis lagi. Sesuai rundown, kali ini kita mau ke Rattanakosin Exhibition Hall. Yeee. Dari namanya dan searchingku di Google sih kalau pikiranku itu semacam tempat museum untuk exhibit kebudayaan dan sejarah Thailand gitu.

Sesampainya disana, kita masuk dan dibuat nunggu dulu di suatu ruangan luasss banget. Disana sambil nunggu, foto-foto dong pastinya, lagian ruangan kosong aja bagus dan instagramable loh. Sebenarnya gak jelas seh ini nunggunya nungguin apa, mungkin para panitia ini masih berkoordinasi dengan pihak pengurus tempatnya atau mungkin masih ngurusi pembayaran tiket masuknya. Setelah ada kabar, ternyata, semua dari peserta harus dibagi menjadi 3 atau 4 kloter gitu kalau gak salah (aku lupa berapanya) untuk kloter tour masuk museumnya. Nah yaudah, aku dan teman-teman Indonesia pilih kloter yang akhir aja. Toh juga nanti yang kloter pertama bakal nungguin kloter terakhir. Sebagai peserta kloter terakhir, kami dibebaskan untuk berkeliling ke sekitaran kompleks luar museum sebelum tour. Di sekitaran museumnya itu ada sebuah bangunan semacam kuil, atau kalau di kita itu semacam pendopo. Bagus banget sumpah pendoponya ini dan view taman sekitarannya.

Aula Kosong yang Instagramable



View Sekitar Rattanakosin Exhibition Hall 
Setelah puas berfoto, kami diberitahu panitia kalau kloter 2 sudah mau mulai jalan, tetapi masih kekurangan anak. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk ikut kloter 2 saja daripada yang terakhir, karena kami juga udah bosen berfoto disini, wkwkwk. Nah pas mau masuk itu, kita disuruh baris dua-dua dan untuk peserta nonThailand diberi semacam handy talkie gitu untuk mesin translatornya. Ceritanya handy talkie ini dipasang ke telinga (ada earphonenya gitu), lalu kita nanti muter tombol ke channel apa gitu untuk mendengarkan narasi English. Channelnya nanti bakal dikasih tahu petugasnya. Asik bangett kaan, support internasional banget nih museum. Tour guidenya juga cerita dalam 2 bahasa.

Masuk museumnya isinya bagusss banget dan AMAZING WONDERFUL. Pertama liat diorama Thailand pas masa tradisional gitu, terus naik suatu perahu buatan yang dibawahnya ada proyeksi laut gitu + sekitarnya ada proyeksi perkampungan sekitar laut gitu. Perahunya ternyata bisa goyang-goyang dan gerak gitu karena digerakkan oleh mesin. Sumpaah, niat banget nih museum dalam menyajikan sejarah Thailand. Perjalanan tour ini dimulai dari zaman tradisional Thailand, lalu ke zaman perang dunia (kalau gak salah), zaman raja-rajanya, dll. Semuanya disajikan dalam kemasan yang unik, interaktif dan menarik. Barang-barang dan cerita-cerita sejarahnya pun terdokumentasikan dengan baik loo. Salut banget sama bangsa Thailand deh pokoknya yang amat menghargai sejarahnya. Bangsa yang besar kan juga berasal dari bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.






Isi Rattanakosin Exhibition Hall
Oh ya berhubungan dengan kebudayaan, di Thailand ini semua jalannya banyak dipasang bendera biru dan kuning serta bender Thailand looh (beberapa biru aja, beberapa kuning aja, beberapa berdampingan). Setelah tanya-tanya ke Ms Palm, ternyata arti dari bendera biru itu melambangkan Raja, sementara yang kuning melambangkan Ratu. Kadang juga ada yang masang foto Raja dan atau Ratu di suatu tempat, ada yang besar dan ada yang sedengan. Disini juga bisa dipelajari bahwasanya rakyat Thailand ini sangat mencintai, menyayangi dan mendukung pemimpinnya. Merekapun juga sangat nasionalis dengan selalu memasang bendera di tiap ruas jalan. Patut ditiru sekali lah pokok. Kalau kita mah masang bendera kalau pas lagi agustusan doang.



Bendera dan Foto Raja / Ratu yang sering ditemui di jalanan Thailand
Back to the event, habis tour, sesuai jadwal kita selanjutnya pergi dinner ke Chao Phraya. Pas udah sekiranya nyampek, aku agak heran, busnya ini berhenti di suatu tempat kayak pasar gitu, ngapain coba. Terus oleh Ms Palm, semuanya diminta untuk turun dan mengikutinya. Okedeeh, manut ajaa. Ms Palm menuntun kami untuk jalan melewati suatu pasar gitu (kayak di Indonesia) yang ada sungainya (it must be Chao Phraya river) lalu masuk ke sebuah pasar lain (pasar yang dalam bangunan gitu semacam Gajamada gitu) and finally kita sampai di semacam kafe terbuka gituu di pinggir sungai. WOW BANGETTT VIEWNYAA, AMAZEEED. Ditambah dengan dekor lampu-lampunya bikin tambah unik.



Suasana Tempat Dinnernya
Gak usah nunggu lagi, hidangannya juga udah siap (prasmanan gitu ceritanya), jadi langsung sikat daah gua, wkwkwk. Sumpah, aku disini itu jadi orang yang serakah bangett makannya. Aku jadi orang pertama yang ambil makan ketika semua pada malu-malu untuk ambil, wkwkwk. Sekalian aku ambilnya yang buanyaak. Makanannya enak-enak bangettt. Paling cintaa aku sama tomyum dan lumpianya (entah apa namanya). Ada juga semacam cecek kecap gitu, tapi ternyata itu babi. Mbak Kuni udah kadung makan duluan, wkwkwk. Untung aku gak ambil karena emang aku gak suka cecek. Tomyumnya favorit bangett sumpaah, kuahnya itu kerasa banget spicenya, sama udangnya besar-besar hee, udah dikupas lagii. Lumpianya kayak sosis solo mini gitu lo, perasaanku seh ini isinya ada ayam dan kacang polong gitu. Desertnya tambah enak lagi, kalau di Indo semacam es kopyor. Santannya kentel dan kerasa banget ditambah isian-isian jelly dan semacamnya yang enakk. SUKAKK BANGET DAN BAHAGIAA BANGET AKU POKOKNYAA. Aku loo hee sampek imbuh tomyum dan lumpia.Alhasil, aku kelempoken dan kekenyangen, wkwkwk. Pelajaran nih bagi orang serakah, kalau imbuh jangan banyak-banyak.


Hidangan Dinnernya
Setelah selesai dinner, semuanya dibebasin mau ngapain aja sampai jam 18:00. Yaa pastinya kita sebagai orang Indo foto-foto doong di spot-spot sekitaran situu. Bagus semuaa sumpah viewnya. Sungainya buesaarr dan di seberangnya itu ada semacam pagoda gitu yang nyala, jadi tambah cantik. Apalagi di sungainya ada kapal pesiar kecil yang lewat gituu, plus ada juga kapal pembawa batubara. Kalau gak salah emang sungai Chao Phraya ini sungai terbesar se-Asia Tenggara bukan?

Kapal Pesiar yang melewati Chao Phraya
Pokok intinya seruu bangett dan seneng bangett gitu hari itu, puncaknya pas dinner. Habis dinner, peserta internasional balik lagi ke hotel, kalau yang peserta Thailand kurang tahu dikemanainnya, wkwkwk. Sweneng banget pokok. Btw, sebenarnya destinasi wisata dan dinnernya agak berubah dari rundown awal yang kami terima pas ndaftar. Di rundown tersebut, tertulis kalau peserta bakal diajak ke Wat Pho dan Grand Palace, serta dinnernya di Chao Phraya Cruise (yang kalau aku bayangin itu dinnernya naik kapal). Namun, gak papalah destinasinya diubah, toh yaa aku tetep seneng bangett. Apalagi gratis, masak iya lu mau protes dan gak bersyukur gitu, wkwkwk, tambah lagi panitianya baik-baiiiik. Anyway, untuk hari kedua, kusambung di another post yaa, insyaAllah liburan ini tak selesaikan. Thank youu and see youu.

Wassalammualaikum wr. wb.
(OJOK MEK DIDELOK TOK POO REK, KOMENEN PISAN TALAH)












Minggu, 30 Desember 2018

, ,

Student Mobility FMIPA UM 2018 Goes to SUT Global Entrepreneurship Camp 2018

Assalammualaikum wr. wb.
Bismillahirrohmanirrohim

Liburan semester 5 ku telah tibaa, aku comeback lagi nih guys dengan berbagai cerita yang siap untuk diketik dan diposting. Salah satunya aku mau ngelanjutin ceritaku sebelumnya tentang program Student Mobility ke Thailand.

Okee, mulai dari tragedi salak Pak Sirichok yaa, wkwkwk. Sejak pengumuman diterimanya kami (aku, Indah, Rara dan Hilda) sebagai peserta SUT Global Entrepreneurship Camp, intens dipanggil ke fakultas untuk pengarahan persiapan. Persiapannya di antaranya diminta untuk membuat CV yang diserahkan ke HI UM pusat untuk dibuatkan surat tugas, kemudian mengurus asuransi perjalanan (ini syarat dari pihak SUTnya soalnya), membuat banner dan membeli salak. Saat itu, kami (aku, Indah, Rara) belum kenal dekat sih dengan Hilda, apalagi Mita, peserta lain yang dari FIP yang belum kami tahu sama sekali sebelumnya. Yasudah, akhirnya kami lebih banyak bersama dalam ngurus-ngurus itu. Hilda dan Mita ngurus sendiri, tapi Hilda juga kadang tanya-tanya seh ke aku, karena dia kan juga domisilinya di Probolinggo, jadi gak stay di Malang dan bisa ngurus di Malang sewaktu-waktu.
Dibahas satu-satu ya persiapannya. 

Yang pertama CV, ya itu biasa aja seh CV nya, kita cuma tinggal ngisi format yang sudah disediakan HI UM pusat, prin, minta tanda tangan PA dan kemudian diserahkan. Dari itu juga, kita diminta ninggal nomer untuk dihubungi apabila surat tugasnya sudah jadi. Nah, H- berapa gitu sebelum berangkat, sudah jadi dah tuh surat tugas, peserta dapat satu-satu, dan ada yang diserahkan untuk Dekan. Kemudian, sambil ngurus surat tugas, kami ngurus asuransi. Sebelumnya, di FMIPA sendiri ada sosialisasi asuransi perjalanan keluar negeri dari BNI untuk para peserta program internasional FMIPA, tapi karena Pak Husni lupa memberitahu kami, akhirnya kami ketinggalan sosialisasi tersebut. Namun, kami disarankan oleh beliau untuk berkonsultasi sendiri ke bank BNInya langsung di Matos. Yaudin deh, langsung kami bertiga cuss kesana dari yang awalnya naruh CV di HI, langsung ke Matos bonceng 3, wkwkkwk.

Oh ya, sebelum tahu kalau BNI ada program asuransinya, kami sudah melakukan riset duluan terhadap asuransi-asuransi untuk perjalan keluar negeri. Kami bertiga seh sepakat yaa, pokok carie yang termuwrraaahhh, wkwkwk. Secara kan asuransi ini cuma buat formalitas, toh ya insyaAllah kami disana baik-baik sajaa (kemungkinan besar dengan tingkat PD tinggi). Kami sebelumnya nemu tuh asuransi dari AXA, cuma bayar 150K, insyaAllah itu yang termurah, wkwkwk. Nah, setelah tanya-tanya ke BNI, malah 350K heee harganyaaa, hmmm, mehong bet, ya jelas gue pilih AXA dong. Salah juga kalau BNI ini kita harus buat rekening sebelumnya. Ribet lah pokok. Setelah berdiskusi, kami dengan mantap memutuskan untuk mengambil asuransi dari AXA saja. Dan ternyata, Hilda pun juga demikian.

Berikutnya, untuk pembuatan bannernya, aku minta tolong ke adek kamarku di asrama dulu. Dia suka desain gitu, jadi ya baguslah kalau dimintai tolong, nggak mbayar jadinya, wkwkwk. Setelah desainnya jadi, aku prin deh tuh banner ke Maestro. Banner disini fungsinya sebagai simbol aja kalau pas kegiatan-kegiatan bisa nunjukin kalau kami dari UM dan kalau foto biar kelihatan UMnya. Nah, disini, asumsiku, banner ini dibuatnya kalau bisa melebar agar bisa dipegang 4 orang (aku, Indah, Rara, Hilda) jadi aku buat lebarnya 4×30 cm, sedangkan panjangnya 30 cm. Ternyata, asumsiku ini salah, enaknya itu mending buat yang kecil banget, 30×30 cm an, meski hanya bisa dipegang 1 anak, tapi kan gak ribet-ribet amat buat mbeber dan ngelipetnya. 

Pembuatan banner ini ada dramanya juga btw, H- berapa gitu kan Pak Husni mbuat grup WA untuk lapor apa-apa ke Pak Markus. Nah, disitu aku lapor kan kalau bannernya udah jadi, kufoto dah tuh. Eeeh, dasar guenya yang kepedean, langsung prin tanpa konsul, ternyata tuh bannerku ada salahnya. Tulisan yang "Malang State University" harusnya "State University of Malang". Di grup itu, Pak Markus kesannya kayak marah, tegas ada capslock-capslocknya gitu (aslinya sih setau gue Bapaknya suabarr bangett), jadi yaa gimana-gimana gue harus revisi dah, masak iya lo nentang Pak Dekan, agak nyolot lagi chatnya pas itu. Sumpaaah, gue ndredeg banget pas ditegur itu. Untungnya masih ada waktu buat revisi dan prin banner lagi sebelum berangkat. Fyuuuh, alhamdulillah. Tapi ya gitu, gue buang duit untuk prin 1 banner yang salah.

Masih ada 1 drama lagi guys, sebelum keberangkatanku. Merujuk pada kesanku ke Pak Markus tadi yang garang, dan harus dipatuhi semua titahnya, ini ada 1 cerita lucu, wkwkwk. Ceritanya gini, kan info SUT Global Entrepreneurship Camp ini dapetnya dari Pak Sirichok, Kepala HI SUT yang ngemail Pak Markus. Nah, beliau berdua itu sudah saling kenal dekat. Karena waktu ke FMIPA dulu, Pak Sirichok suka sekali dengan salak, maka Pak Markus pun berniat untuk mengoleh-olehi beliau salak. Siap 86, aku langsung gercep minta ibuku mbeliin salak. Ibuku langsung pesen ke pedagang buah pasar salak 3 kg, biar besoknya langsung ada barangnya. Setelah fix bisa didapetin itu, langsung dah aku lapor di grup WA yang ada Pak Markusnya itu. Pak Markus responnya dalam bahasa Inggris, kalau diIndonesiakan gini seingetku "Jangan sebanyak itu, ya sekitar 21 kg salak pondoh dan 1 kg salak Malang lah". Sontak, aku langsung WOW lihat chat itu. 21 KILOGRAAAAMMM???

Gak salah mbaca tuh gueee? Setelah aku tanya ke Indah, Rara dan Hilda di grup kami, merekapun juga terheran-heran. Aku sendiri juga takut kan untuk tanya ke Pak Markus semenjak kesalahan banner itu, sementara chatnya pun juga terdengar janggal "jangan sebanyak itu", berarti kan 3 kg sudah banyak sebenarnya, tapi kok malah ditambahi. Aku pun suudzon kalau Pak Markus ini memakai majas ironi, ingin menyinggungku yang mungkin terlalu pelit untuk hanya memberi 3 kg salak jauh-jauh dari Indonesia ke Thailand, sekalian dong, seharusnya 21 kg. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi dan takut dimarahi, aku dan ibuku langsung cuss ke Pasar Gadang buat beli salaknya.

Sesampainya di Pasar Gadang, disana alhamdulillah nemu salak pondohnya, satu karung gede gitu, kayak wadahnya bawang merah. Isinya 24 kg malah, nggak boleh dikurangi lagi. Ibuku coba nawar juga nggak boleh, bilangnya sih tuh orang penjual salak yang paling murah, langsung grosir gitu soalnya jualnya. Yaudahlah, alhamdulillah terbeli tuh salak harga 125K kalau gak salah. Pulangnya tuh yang berat. Tadi berangkat naik LG nggak bawa apa-apa sekarang pulang bawa satu karung gede salak. Salah di Pasar Gadang itu gak ada sinyalnya, aku kan niatnya mau pakai Grab, pakai promo OVO sekalian yang satu rupiah, eeh gak ada sinyal. Yaudah, aku keluar Pasar Gadang dulu cari sinyal, ibuku tetep di tempat penjualnya itu. Sekalinya dapat sinyal dan dapat mobil Grab, eeh si bapaknya gak mau ngangkut, takut kena angkot, hmmmmm, Ya Allllaaah. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang naik becak sampai ke perhentian LG lalu naik LG sampai depan rumah. Hari yang melelahkan sekali itu. Gak pernah terbayang olehku ngangkut beban seberat itu.

Berikutnya, setelah pulang, langsung dong aku lapor ke Pak Markus kalau salaknya sudah dapat 21 kg + tak fotoin tuh buktinya. LHAH MALAH BELIAU YANG KAGET DONG, wkwkwk. Banyak bener 21 kg, buat apa. Malah beliau bilang, bawa 3 kg saja, 2 kg salak pondoh, 1 kg salak Malang, kalau ada pertanyaan, silakan japri saya. Dari situ gue realize, Pak Markus kemarin typo, niatnya nulis 2 kg, eh kepencet jadi 21 kg. HMMMMMMMMMMMMMMMMM NISSA SABYAN 1 JAM. Yah, namanya udah terlanjur, yaudin lah, gue dkk bawa ke Thailand 4 kg (1 orang 1 kg), sisanya gue bagiin ke Indah, Rara, Hilda dan tetangga-tetangga gue. Hmm, siap-siap mabuk salak dah tuh Pak Sirichok. Aku juga berharap salaknya belum busuk sih pas nyampek di Thailandnya.

Oh ya, di lain sisi, sambil ngurus salak itu, aku, Indah dan Rara juga nukarin sangu kami untuk dikonversi ke Baht Thailand, BHT. 1 Baht sekitar 500 Rupiah. Sangu yang banyak dong buat beli oleh-oleh disana.

H-1 berangkat, kami meeting dulu dengan para pimpinan FMIPA untuk prosesi pelepasan. Untuk berangkatnya ke bandara, sebenarnya kami disarankan pesan travel bersama-sama agar uangnya bisa diganti oleh pihak FMIPA. Namun, karena pinginnya berangkat sendiri-sendiri bersama keluarga dengan mobil sendiri, akhirnya kami berangkat sendiri-sendiri. Hilda sebelumnya nawarin kami untuk menginap di rumahnya di Probolinggo lalu langsung berangkat ke sana, tapi karena aku mikirnya ngerepotin lalala, jadi aku, Indah dan Rara nggak mau. Otherwise, kami bertiga (aku, Indah, Rara) rencananya mau berangkat bersama naik mobil omnya Indah, eh karena Rara mau berangkat sendiri sama keluarganya, jadi yang tersisa aku berangkat sama Indah sekeluarga (emang nasib gue suka nebeng orang ya gini, gak punya kendaraan, wkwkwk).

Pelepasan Peserta Student Mobility oleh Pimpinan FMIPA
Aku dan Indah sekeluarga berangkat dari Malang ke Juanda sekitar pukul 01:00 malam, tanpa lupa membawa salak, wkwkwk. Aku semangat banget sumpaah ya Allah, exciting banget, lama nggak naik pesawat. Ini ketiga kalinya naik pesawat setelah sebelumnya naik pesawat gara-gara lomba Speedy Einstein SMP ke Bandung. Flightnya padahal jam 6 loh masihan, tapi yaudin lah, daripada telat. Masuk Bandara Juanda aku terkagum-kagum banget (belum pernah kesitu, pernahnya Abd, Sholeh, wkwkwk). Kelas internasional banget bandaranya lawan aku yang katrok ndeso, wkwkwk. Di bandara ini nggak ada pengecekan barang, cuma langsung angkut gitu aja di pos Garudanya sama ditimbang. Terus di bandara Cengkareng, aku dkk berhasil melewati perijinan imigrasi, pasporku dapat stempel untuk pertama kalinya, WOW.

Gerbang Keberangkatan Juanda

Bandara Juanda

Pintu Masuk Keberangkatan

Pos Check In Maskapai


Ruang Tunggu menuju ke Pesawat

Mobil Caddy gratis buat mobilitas penumpang Bandara Suhat


Pas naik pesawat, aku tambah amazed. Pesawatku Garuda Indonesia doong, pilihan FMIPA tercintaaah, wkwkwk. Enak banget pesawat Garuda ini, ada tabnya, jadi gak boring. Kalau aku dulu Sriwijaya gak ada gitu-gituannya, konsumsinya roti doang. Kalau di Garuda ini, flight pertama ke Cengkareng (Bandara Soekarno Hatta Jakarta) dikasih roti, flight kedua ke Bangkok dikasih lunch full set dong (ada appetizer + main course + dessert), ditawarin juga minum, bisa jus/susu/air/cola, dll. Enaaak banget pokoknyaaa, hmmm. Di pesawat, aku kedinginan banget gilaak. Masuk angin paraaah. Gimana nggak masuk angin, aku cuma pakai sendal doang dan kemeja, gak nyangka bisa duingin gitu, tau gitu, aku pakai jaket dan sepatu. Salah aku belum tau kan pas itu kalau bisa minta pinjem selimut ke pramugarinya, yaudah pulangnya gue pasti pinjem selimut daah, wkwkwk.

Tablet di Pesawat Garuda untuk Hiburan Penumpang
Alhamdulillah nyampek Bangkok sekitar jam 14:00 kalau nggak salah. Disana kami sudah ada yang njemput looo, Yaa Allah, kurang baik apa tuh orang-orang SUT Thailand, memperlakukan tamunya dengan sangaaat baik, semoga dibalas Allah yaa. Meskipun tahu kalau dijemput, kita malah bingung sendiri caranya keluar bandara, wkwkwk. Bingung harus ke imigrasi dulu atau ambil barang. Akhirnya kami berpencar jadi 2 grup, biar bisa dilakukan bersama dan menghemat waktu, aku dan Hilda coba ke imigrasi dulu, sementara Indah dan Rara muter balik cari barang kami.

Penampakan Pertama Kali Bandara Suvarnabhumi Bangkok
Nah, aku dan Hilda akhirnya ngantri bersama untuk meloloskan diri dari pengawasan petugas imigrasi. Antrinya puanjaaaang banget. Tiap orang bakal ditanyai dan difoto. Paling enak paspor Singapura kalau gak salah, ada pengecek otomatisnya, gak perlu antri panjang. Pas antri juga, kami baru sadar kalau pengambilan bagasinya ada di samping pengecekan imigrasi. Bingung lagi, mau cari Indah dan Rara, eh kok eman antrian, mau nghubungi juga gak bisa, kan SIM cardnya belum ganti Thailand, gak roaming lagi.

Alhamdulillah, antrianku dan Hilda berakhir, tapi kami masih panik bingung caranya memberitahu Indah dan Rara kalau kita harus ke imigrasi dulu, keluar pun juga kan gak boleh kalau udah masuk. Di lain sisi, aku dan Hilda berjuang untuk mencari barang-barang kami. Mulai dari sini, English modeku jadi ON, wkwkwk. Aku tanya ke orang-orang lokal situ dimana bagasinya yang dari Indonesia, kebanyakan gak paham, meskipun petugas customer centernya. Alhamdulillah nemu 1 orang yang paham, dan dengan mudah kami menemukan barang-barang kami. Indah dan Rara juga alhamdulillah sudah lolos dari pengecekan imigrasi.

Berikutnya, kami bersama-sama pergi ke standnya KLOOK (sebuah perusahaan agen travel Thailand) untuk mengambil simcard dtac yang telah kami pesan sebelumnya. Oh ya, sebelumnya aku, Indah dan Rara pesan simcard lokal Thailand melalui website dtac ini. Aku lupa harganya, pokoknya pas itu mbayarnya ruwet banget. Harus online dan pakai paypal / creditcard. Karena gak punya kenalan yang punya creditcard, dan untungnya dulu aku pernah buat akun paypal, akhirnya kami bayar pakai paypal. Ruwet juga ternyata sistemnya paypal ini, kita harus top up saldo dulu, lalu nanti dikonvert ke dollar. Top upnya pun nggak melalui bank, melainkan melalui transfer dari agen yang punya saldo top up. Yawes, aku cari di internet lah akhirnya tuh agen-agen penjual saldo paypal, transfer ke rekeningnya agen itu, dan alhamdulillah berhasil tanpa penipuan.

Balik lagi ke cerita, setelah berhasil mendapat simcard dan mengaktifkannya, kami pergi ke Starbuck bandara untuk menemui Ms Palm dan Ms Darlee. Sebelumnya, Hilda sudah me WA beliau agar menunggu kami yang sedang kebingungan ini, wkwkwk. Nyatanya ditungguin jugaa, Yaa Allah, mulia banget seh orang Thailand ini. Setelah ketemu, kami diberi map coklat gitu, isinya nametag, rundown kegiatan sama booklet yang berisi informasi tentang tempat-tempat yang bakal jadi destinasi kegiatan nanti. Kami juga diberi uang, lupa aku berapanya, kalau gak salah 200 BHT , itu dibuat cari dinner nanti, soalnya dari pihak panitia enggak nyiapin dinner. Kesanku seeh, orang ini masih buaeeek buangeeet, nguemong bettt, gak dikasih dinner, tapi malah dikasih duit buat cari sendiri. Kesempatan juga dong buat jalan-jalan, wkwkwk.


Dapat Rundown dalam Map Coklat

Dapat Petunjuk Destinasi dalam Map Coklat
Nggak hanya ketemu Ms Palm dan Ms Darlee, kami di bandara itu juga ketemu 3 peserta lain yang berasal dari China, hweee, bareng niih. Sebelum pergi ke hotel tempat kami pertama menginap, kami take foto dulu doong, buat report ke juragan, wkwkwk. Terus naik mobil, terus aku WOWWW BANGEEETT. GILAK TUH MOBILNYA, GAK TANGGUNG-TANGGUNG NIH SUT. Montore tak pikir koyok semacam travel-travel di Indonesia gitu yaa, ternyata gak guys. Mobilnya itu kayak semacam limosin tapi gak panjang malah, gilaak, kek mobilnya artis-artis, konglomerat gitu loo. Subhanallah, bener-bener dimanja banget sama SUT niih. Di dalam mobil, kami ngobrol seruuuu banget sama tuh peserta dari Cina, namanya Jun Ming, dan 2 lainnya aku lupa namanya siapa (fyi namanya orang China emang susah-susah pronouncenya, jadi susah hafal). Seruuu banget sumpahhh, rasanya pakai bahasa Inggris secara praktis yang bener-bener itu ternyata gini, asik bet, wkwkwk. Pertama kalinya dapat feel gitu, kalian juga harus pernah coba feel itu. Yaa meskipun kadang ada dari mereka yang anak China itu kurang paham dengan English kami, dia coba pakai semacam Google Translate gitu, Di China sendiri, gak ada Google loo ya, merekapun punyanya cuma FB dan WeChat, gak ada instagram, WA, dan sosmed lain. Kasian banget sebenarnya.

Foto Pertama Kali dengan Peserta dari China dan Ms Darlee

Mobil untuk Penjemputan dan Pengantaran Peserta

Mobil untuk Penjemputan dan Pengantaran Peserta
Finally, kami sampai di hotel kami, Bangkok City Suites. Oh ya, hawanya di Thailand ini panas dan lengket banget guys di kulit. Pas nyampek di hotel, kami langsung check in. Kami dipencar oleh panitia, tidak dicheck-inkan sekamar senegara demi membaurkan diri. Aku dapatnya sekamar dengan anak Filipina, Jan Telestino namanya. Namun, temannya Jan, Roxy, karena roommatenya belum datang (dikhawatirkan juga nggak jadi ikut) dan dia takut kalau tidur sendiri, maka si Jan ini pindah ke kamarnya Roxy, akupun jomblo (tapi gak lama kok).


Interior Kamar Bangkok City Suites Hotel
 Aktivitas pertama setelah nyampek hotel adalah tata-tata dan mandi. Harus mandi dong, kan udaranya pliket, ditambah juga hotelnya punya bathub, yaa harus didayagunakan, wkwkwk. Suwe gak adus bathuban rek akuu, terakhir pas pembinaan OSK 2015 di hotel Philadelphia, Batu. Setelah mandi, aku sholat, jamak ambek Dhuhur. Oh ya, kami juga disini baru ketemu Mita, peserta yang dari FIP. Kenalanlah kami dan dia, Kami semua akhirnya jalan-jalan bersama setelah podo adus kabeh, ngerasain aspalnya Thailand, Bangkok khususnya.

Jalannya semacam kota besar gitu hee emang, WAGELASEH, banyak gedung-gedung tingginya. Kami juga mampir ke 7 Eleven buat liat-liat. Nah, kami ini bingung cari makanan halal. Akhirnya kami memutuskan untuk ke MBK (sebuah mall di Bangkok, gak tau dimana). Selain bingung tujuan, bingung juga cara kesananya. Setelah jalan jauh, balik ke hotel buat tanya cara ke MBK, sama kali aja si hotelnya punya travel. Ternyata gak punya guys, kami disaranin naik taksi. Yaudin, kami cari taksi. Nah, taksi disini gak ada pangkalannya atau aplikasinya gitu, nomer juga gak tau kita, wkwkwk. Alhasil kami bermodalkan keberuntungan nyegat tiap taksi dan berharap kosong, wkwkwk.

Jalanan Kota Bangkok



Alhamdulillah dapat 1, langsung cuss ke MBK. MBKnya sendiri itu ternyata guedeeee banget guyss, gwelaaak, bisa ilang sumpah turis disana kalau kesasar, wkwkwk. Seumur-umur gue tahu mall ya cuma Matos, MOG, MCP sama Ciwalk, nah ini guedeee bett. Di latarnya itu udah ada orang jualan kek bazar CFD gitu, banyak macam makanannya keliatan enak-enak, tapi sayangnya, mahalnya gak ketulungan, wkwkwk. Di mallnya juga pastinya ada Mc. D, KFC, Pizza Hut yang udah jelas-jelas kita tau rasanya gimana dan rupanya gimana, tapi emang dasarnya kita mau explore makanan Thailand asli, jadi gak pilih itu deh.

Makanan Enak nan Mahal yang berada di luar MBK
Alhasil, kami memutuskan untuk pergi ke bagian Food Courtnya MBK. Disana ada lebih banyak varian menu guyss, wagelaseeeh, semacam luengkap bangett. Kebanyakan sebenarnya standnya ada yang campur sama menu babi sih, jadi kita carinya yang pure no pork. Pingin yang enak, tapi gak murah meriah (lebih sayang uang, wkwkwk), sayang bet. Pada dasarnya, aku dikelilingi oleh cewek-cewek yang ya lu tau lah, suka bilang "terserah" sampek bingung sendiri, wkwkwk, lha gue nya juga gak enak kalau ujug-ujug mau makan sendiri yang beda sama yang lain. Akhirnya, keterserahan ini berakhir oleh karena kami semua sepakat untuk mengikuti saran Mita pesan semacam nasi sup jamur. Di gambarnya sih kelihatannya seperti jangan kangkung gitu, belum tau rasanya pas itu.

Food Courtnya MBK

Pesenenan Sup Jamurku yang Ternyata Nggak Enak
Nah, sistemnya di foodcourt itu untuk pembayarannya, kita harus beli kartu gitu, lalu diisi saldo. Antrinya lumayan panjang. Alhamdulillah, berhasil mbayar dan pesananmu telah diantar. Makanannya? Aduhaiii gaess, SANGAT TIDAK SESUAI EKSPEKTASI, wkwkwk. MENGECEWAKAN SKALEE. Sumpah, ternyata makanannya itu cuma kayak nasi + telur dadar + sup bening yang aneeeh banget rasanya. Supnya ada seperti gambasnya gitu, kangkung dan jamur. Rasanya gak enak banget, kayak pait + pedes + asem. Masih mending sayur asem di Indo sumpah. Nasinya aja gak punel hee, enakan nasinya ibuku di Indo, wkwkwk. Gitu harganya sendiri 50K, wkwkwk. Itu udah yang paling murah loo yaa, paling gak enak juga, wkwkwk.

Udah deh, setelah pengalaman itu, kita kapok mau beli-beli makanan lain yang gak pasti, hari juga sudah semakin malam tidak terasa, so kami memutuskan balik ke hotel. Sholatnya njamak maghrib + isak. Pulangnya pingin naik taksi, eeh, cari taksi kosong yang supirnya mau nganterin susah bangett. Di sisi lain, banyak polisi yang razia di pinggir jalan MBK agar tidak ada kendaraan yang berhenti di pinggir jalan itu. Alhamdulillah setelah lama mencari dan setelah menanyai banyak sopir taksi, kami menemukan 1 taksi yang mau. And finally, we're back to hotel, yippiyy. Di hotel langsung cari air minum yang banyaak buat persediaan, terus tidur dah. Gue tidur di kamar sendiri, kasian banget gak tuh. Roommate gue yang hasil pertukaran dengan Roxy belum datang, dan ada kemungkinan gak datang mungkin. Yaudin daaah, santai aja, toh ya enak, kamarnya jadi milik gue sendiri.

Sekian ceritanya untuk keberangkatanku, entar akan aku lanjutkan untuk kegiatan hari pertamanya. Stay tune yaa!

Wassalammualaikum wr. wb.
(OJOK MEK DIDELOK TOK POO REK, KOMENEN PISAN TALAH)