Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Jumat, 29 Desember 2017

Kuliah Pancasila yang "Membosankaaan"

Share
Assalammualaikum wr. wb.
Bismillahirrohmanirrohim

 Kalau ditanya kuliah apa yang paling membosankan, aku bakal jawabnya kuliah Pendidikan Pancasila. Ya jawaban ini terlalu general sih, kemungkinan nggak semua gitu, aku spesifikkan disini kuliah Pendidikan Pancasila "bersama Pak Ketut". Matkul PP ini sebagaimana seperti PAI, BI dan PKn termasuk matkul umum yang harus ditempuh. Kalau di jurusan lain sih, belum tentu yaa, matkul umum ini bakal ditawarkan di semester 1 & 2. Tapi,kalau di Kimia, ya, matkul - matkul ini bakal dihabisin dulu.

Pak Ketut Diara Astawa, dosen pengampu kuliah PP ku ini adalah mantan ketua Jurusan PPKn di FIS UM. Sering banget orangnya cerita - cerita seputar sejarah FIS dan juga seputar kebijakan UM, mengingat dekatnya beliau dengan rektorat UM.

Well, sebenarnya sebagai warga negara yang baik, I shouldn't dislike to learn the ideology of mine. Tapi gimana lagi ya, emang dari jaman - jaman sekolah dulu udah nggak suka. Tapi kalau secara praktik, pastinya aku akan lakukan yang terbaik sebagai Pancasilais.

Di kuliah PP ini, metode pengajarannya Pak Ketut mirip - mirip dengan Pak Bandi. Disini, Pak Ketut memberikan tugas membuat makalah dan presentasi. Lalu dilanjutkan tanya jawab, dan terakhir jikaada waktu sisa, diisi dengan cerita - cerita dari Pak Ketut. Makalah yang dibuat itu mengikuti format PPKI, lagian juga enakan mbuat makalah kimiawi daripada makalah pancasilawi yang penuh kata - kata. Terus lanjut presentasi yang bakal bikin teman - teman kamu ngantuk maksimal. Sesi tanya jawabnya biasanya mengandung bara - bara perdebatan yang lama - lama kalau ditiup menyala. Di akhir pertemuan, pastinya dan selalu ditutup dengan cerita - cerita dari Pak Ketut. Topiknya macem - macem, jangan heran juga kalau misal pernah diulang, jangan dikira dejavu. Topiknya biasanya tentang kasus putusan MK suap daging sapi, sanak saudara Pak Ketut yang bekerja di Dirjen - Dirjen, kasus korupsi di FMIPA UM, dll yang aku lupa. Negatifnya dosen pendongeng itu, biasanya lupa waktu, ya kayak Pak Ketut ini, ceritanya biasanya muolooor sampai waktu kuliah yang 100 menit itu jadi lebih.

Kalau masalah ulangan,ulangannya Pak Ketut ini teoritis banget, entah juga aku bingung harus belajar darimana. Ngarangpun tidak bisa sebebas - bebasnya karena ada istilah - istilah berat kayak epistemologis, filosofis, dll. Dan siap - siap tangan "kiting" gara - gara nulis buanyaaak, 1 kertas folio duplex dijamin habis dah tuh 4 halaman. Ya bener aja sih, tulisanku pas ujian ini jueleeeek banget, lagian kan juga full kata - kata.

Lalu, kalau mau dibandingkan dengan kuliah Pendidikan Kewarganegaraanku pas semester 1 dulu, jauh lebih enak yang PKn sih, dengan Bu Yuswanti. Yaa ini karena enaknya agak negatif sih, waktu PKn dulu kan banyak gabutnya (dosennya terus yang njelasin, dosennya sering ijin nggak masuk, tugasnya dikit), tapi kan tetep aja enak. Yaa kalau menurutku sih, aku nggak terlalu ingin banyak berteori kalau belajar seputar ideologi ataupun kewarganegaraan gini, lebih enak langsung praktik ke kehidupan. Kayak metodenya Pak Sultony(dosen PAI) lah, enak banget.

Terakhir, dibalik apapun pasti masih ada positifnya kalau dicari dalam - dalam. Dengan kuliah ini, aku merasa lebih tahu tentang bla bla nya Pancasila yang buanyaak banget, cerita - cerita seputar UM, dan pengetahuan - pengetahuan lainnya yang baik Pak Ketut maupun presenter - presenter sampaikan. Sekian kiranyaa, akhirnya kelar juga review kuliahku semeter 2 ini. Habis ini bakal review yang semester 3 yang lebih seru buangeeet dan lebih kimiawi. Byeee.


Wassalammualaikum wr. wb.
(OJOK MEK DIDELOK TOK POO REK, KOMENEN PISAN TALAH)

0 komentar:

Posting Komentar